Pada mulanya Islam masuk ke Indonesia adalah dari jalur perdagangan, dimana sepanjang pesisir pulau Sumatera waktu itu telah banyak di kunjungi oleh pedagang Arab, India dan Tiong Hoa. Perhubungan dagang mendatangkan kemakmuran dan selanjutnya perkembangan sosial budaya. Mulailah terbentuk kelompok-kelompok orang Islam, tentulah secara kecil-kecilan dan terserak. Namun sebelumnya, Nusantara kita terutama Sumatera juga menjadi jalur hubungan perkembangan Agama Hindu dan Budha antara India dan Tiong Hoa.

Kondisi Islam yang membudaya dalam kehidupan bangsa Indonesia, akhirnya melahirkan kerajaan Islam yang kuat dan sentausa di Pase (Aceh) yang bernama Samudra Pasai pada abad X sampai abad XIV (1444 M). Di masa-masa kerajaan ini , sementara itu di Timur Tengah sedang berkecamuk Perang Salib, salah satu tokohnya dari pihak Islam yang paling menonjol dan paling digandrungi Umat Islam ialah Sultan Salahuddin Al Ayyubi telah bermadzhabkan Safi’iyyah (Ahlussunnah Wal Jama’ah) telah mampu mempersatukan kembali kekuatan Umat Islam di Timur Tengah terutama di daerah Baghdadh yang ditandai oleh penyelenggaraan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang tujuannya adalah membangkitkan ghiroh yang mana kondisi Umat Islam pada saat itu nampak melemah daya juang dan kesatuannya.

TAHUN 1399 M

Pulau Jawa bahkan seluruh Nusantara telah di kuasai oleh kerajaan Majapahit (1292 – 1525 M) yang dasar “negara” dan masyarakatnya beragama Hindu dan Budha. Pada tahun ini Islam mulai masuk ke pulau Jawa daerah Timur dengan hadirnya seorang Ulama yang berkebangsaan Arab yang juga sebelumnya menetap di Pasai yang bernama Maulana Malik Ibrahim. Beliaulah Ulama dan Mubaligh pertama di Pulau Jawatepatnya di Gresik dan beliau menetap selama 20 tahun dan juga orang menyebutnya sebagai Wali yang kemudian di ikuti oleh delapan tokoh lainnya hingga terkenal dengan julukan Wali Songo (9 Wali).

TAHUN 1642 M

Berkecamuknya Revolusi industri di dunia mendorong tiap-tiap negara-negara maju untuk mencari lahan pemasaran dan juga sumber bahan-bahan baku industri serta beberapa kebutuhan hidup yang tidak terdapat pada negaranya, maka tatkala di Indonesia apa yang diharapkan dalam skala yang melimpah ruah sehingga kepulauan Indonesia menjadi ajang perebutan oleh negara-negara yang sedang memperluas wilayah pemasarannya. Pada akhirnya Negara Belandalah yang dapat menguasai kepulauan Indonesia khususnya. Hal ini ditandai dengan lahirnya VOC tahun 1642; Untuk memperlancar atau mempermudahkan expansi mereka, maka merekapun mengirim para ahli untuk menyelidiki ideologi, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan dan Agama.

TAHUN 1825 – 1830 M

Terjadi pemberontakan kepada Belanda. Peristiwa ini merupakan suatu pergerakan keagamaan yaitu, Agama Islam yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro di daerah Jawa Tengah. Ini suatu tanda perkembangan yang terjadi dari umumnya bangsa Indonesia itu punya watak ‘nrimo’.

TAHUN 1880 – 1888 M

Terjadi pemberontakan petani di Banten yang diprakarsai oleh Ulama besar yang bernama KH Abdul Karim, beliau punya tiga orang murid yang pelopor pergerakan tersebut. Mereka itu adalah : 1. Imam Nawawi Banten; 2. Ki Muhtar Natanagara/Muhtar Bogor; 3. Ki Muhyidin. KH Abdul Karim seorang Ulama yang kerap kali ke Timur Tengah yang hingga wafatnya pun dimakamkan di Negara Mesir (Ma’la). Beliau pernah bersumpah bahwa dia tidak akan pernah menginjak tanah Banten lagi sebelum disana tegak sebuah negara Islam dihadapan muridnya. Ini sebagai suatu cetusan awal untuk berdirinya Negara Islam Indonesia (NII).

Setelah bersumpah begitu KH Abdul Karim menetap di Arab Saudi dan pergerakan dipimpin oleh Imam Nawawi Banten. Semasa pergerakan ini sekitar tahun 1888 dan orangorangsisa pergerakan ini berjumlah 94 orang oleh Pemerintah Belanda diasingkan secara terpisah satu sama lainnya ke seluruh pelosok Indonesia.


Tahun 1905

Pada tahun 1905 SDI (syarikat Dagang Islam) berdiri di Solo, didirikan oleh KH Samanhudi yang dibantu oleh KH Asmodimejo, M Kertoteruno dan KH Abdul Rojak. Motif utamanya adalah : Memerangi diskriminasi yang tajam yang sengaja dilakukan oleh para bangsawan terhadap kaum dhu’afa. Sangat menonjolnya sikap angkuh dan superioritas para pedagang Cina yang memang memonopoli perekonomian Indonesia di bawah naungan tiran/Thaghut Belanda.



Partai ini eksisnya nampak masih sangat kaku, karena pergerakannya masih berfokus pada perdagangan batik. Hal ini sangat disadari oleh KH Samanhudi, maka beliau mengadakan konsolidasi dengan para pemuka masyarakat dan Ulama-ulamanya, yang akhirnya beliau bertemu dengan seorang yang kharismatik yaitu Bapak HOS Cokroaminoto di Surabaya. Menurut kabar bahwa KH Samanhudi banyak menyerap pola pikir Ulama besar bernama Mohammad Abduh, seorang pemikir Islam yang ahli dibidang Tauhid. Sedangkan Bapak Cokroaminoto banyak menyerap pemahaman Jamaluddin Al-Afghani, seorang bangsa Afghan yang sukses memulihkan ketata-negaraan yang oleh penguasa sebelumnya telah menjadi negara sekuler. Bahkan beliau mampu mengembalikan Pemerintahan Timur Tengah pada umumnya dari ambang pintu kehancuran lantaran faham sekuler yang mengkoyak-koyak tatanan Pemerintahan Islam. Jadi Jamaluddin Al-Afghani-lah yang telah menggagalkan program musuh-musuh Islam di Timur Tengah. Mengembalikan Timur Tengah kepada persatuan dan Ke-Islaman-nya. Beliau pencetus Pan Islamisme.

Pertemuan kedua tokoh tersebut sekitar Bulan Mei 1912, membicarakan kemungkinan-kemungkinan perkembangan yang lebih pesat. Kepercayaan mulai penuh terpegang oleh HOS Cokroaminoto, kemudian beliau mengadakan perubahan yang diawali dari nama, yaitu nama Syarikat Dagang Islam menjadi Syarikat Islam. Walaupun hanya menghilangkan satu kata namun hasilnya sangat memberikan pengaruh hebat. Dan tersusunlah anggaran dasar yang pertama yang dirumuskan oleh Raden Mas Tirtosudiro pada tanggal 11 November 1912 (Pimpinan SI cabang Bogor). Tujuan organisasi ini dalam anggaran dasarnya disebutkan “Akan berikhtiar, supaya anggotaanggotanya satu sama lain bergaul seperti semula, supaya timbullah kerukunan dan tolong menolong satu sama lain antara sekalian kaum Muslimin. Dan lagi dengan segala upaya yang halal dan tidak menyalahi wet-wet negeri (Surakarta) dan wet-wet Goverment; Berikhtiar mengangkat derajat rakyat agar menimbulkan kemakmuran, kesejahteraan dan kebesaran negeri”.

MEI 1908

Di Batavia berdiri sebuah organisasi sekuler yang bernama Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Sutomo yang para anggotanya adalah kaum intelek didikan Belanda. Organisasi ini sangat bersifat lokal tidak halnya seperti SI, namun mungkin dengan organisasi kaum pribumi didikan Eropa ini dijadikan sebagai tonggak awal dari Nasionalisme, maka kelahiran Budi Utomo ini dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Dr. Sutomo membenci SI lantaran ajaran Islamnya yang mengajarkan beberapa hal yang tidak relevan dengan pemikiran dia sendiri seperti poligami, yang karena membencinya sampai menghina Nabi Muhammad lewat artikel karya tulis yang dimuat di surat kabar. Reaksi dari umat Islam terutama dari SI sangat tajam, maka Dr. Sutomo menarik kembali artikelnya dan menyiarkan lewat surat kabar permohonan maafnya kepada umat Islam dan khususnya kepada SI.

NOVEMBER 1912

KH Ahmad Dahlan memisahkan diri dari SI dan mendirikan Muhammadiyah, suatu yayasan sosial dan Pendidikan Islam. Tokoh ini adalah seorang Ulama yang berhaluan Madzhab Wahabi. Faham yang berorientasi pada Salafiyah/Reformis yang anti taklid buta dan menentang bermadzhab. Jadi arahan Muhammadiyah ini menitik beratkan pada masalah

Furu’iyyah. Dapatlah kita menilai eksisnya ini pada tujuan dan latar belakang.

Yayasan atau boleh juga kalau mau dikatakan organisasi Muhammmadiyah ini berpusat di Yogyakarta. Partai ini meminta pengesahan kepada Gubernur Jendral Belanda pada tanggal 20 Desember 1912 dan baru dikabulkan pada tanggal 22 Agustus 1914.

JANUARI 1913

Kongres pertama SI pada kongres inilah Bapak HOS Cokroaminoto memulai debutnya pada bidang perpolitikan. Pada kesempatan di mimbar beliau berkata : ”Dengan kongres ini, itu adalah pertanda bukti daripada kebangkitan hati Rakyat Indonesia yang dipandang orang sebagai seperempat manusia … bahwa apabila suatu rakyat telah bangun dari tidurnya, tak sesuatupun dapat dihalangi geraknya … bahwa kelahiran SI, semata-mata Kodrat Allah Ta’Ala belaka bahwa Umat Islam Indonesia harus bersatu dalam ikatan Agamanya.”

TAHUN 1914

Melihat perkembangan SI yang sedemikian berpengaruhnya pada masyarakat Islam khususnya di Jawa, maka Belanda merasa sangat khawatir, maka dibentuklah utuk menyaingi SI suatu Partai Demokrasi Sosial yang bernama ISDV Indische Sosial Demokrat Voolskrad). Belanda mengadakan rujukan antara faham Sosialisme SI dengan faham Sosialisme Komunis Rusia; ISDV dengan kader-kadernya: Sneevlit, Adolf Boors, Dowwes Dekker, Van Burring, Breman.

Upaya Belanda yang semacam ini kurang membawa hasil apalagi pada tahun ini SI mengadakan kongres menetapkan Anggaran Dasar dan pemilihan central commite yang jatuh pada Bapak Hos Cokroaminoto. SI yang sudah menyebar ke berbagai pelosok sehingga setiap desa dibagi menjadi (3) Wilayah Besar :
Jawa Barat, Sumatra dipimpin oleh Gunawan di Bandung
Jateng, Kaltim dipimpin oleh KH Samanhudi di Solo
Jatim, Sulawesi, Timor -Timur, NTT dan Irian Jaya di pimpin oleh Bapak Hos Cokroamonoto

TAHUN 1917 – 1942

(Juni 1916) Kongres yang ketiga kalinya, tapi ini sebenarnya kongres yang pertama dari central SI atau NATIKO I (National Kongres ke-I). Pada waktu itu telah terdata sekitar 2.000.000 orang anggota yang tersebar pada 135 cabang di seluruh Indonesia. (Juni 1917) Kongres National II dilaksanakan di Jakarta. Dalam kongres ini dibicarakan soal yang menyangkut masyarakat baik politik maupun sosial. Dalam usahanya untuk mencapai tujuan disepakatilah langkah penetapan program azas dan program tandhim sebagai berikut :

Program Azas : 1) Persatuan umat (ke dalam dan antara), 2) Kemerdekaan umat, 3) Sifat Pemerintahan, 4) Ekonomi Umat, 5) Kesamaan derajat, 6) Kemerdekaan sejati (maksudnya NII)

Program Tandhim : 1) Sebersih-bersih Tauhid, 2) Ilmu pengetahuan (setinggi-tinggi ilmu ), 3) Siyasah (sepandai-pandai siasat ). Program Tandhim ini dinamakan juga TRILOGI SI.


Sekitar tahun 1917 terjadi revolusi di Rusia yang mengakibatkan suhu politik dunia memanas. Maka Belanda dalam rangka menghindarkan pemanfaatan kondisi pergerakan Islam Indonesia atau dalam rangka stabilitas Nasional didirikanlah suatu badan pertahanan yang bernama “volskraad” yang pertama kali dibuka pada tanggal 18 Mei 1918.



Rancangan volskraad ini diterima keberadaannya oleh SI dan Bapak Hos Cokroaminoto pun ikut hadir di dalamnya, hal ini bukanlah tanpa rencana dan juga sesuai dengan kesepakatan dari tokohtokoh SI lainnya. Kehadiran SI di volskraad adalah suatu realisasi dari program tandhim point ke-3, yaitu siyasah, terbukti sikap SI baru beberapa bulan saja berada di volskraad sudah menuntut adanya pemerintahan sendiri dengan alasan sesuai dengan keputusan Ratu tanggal 23 juli 1903 di Den Haag Belanda.

Pada Kongres Nasional III Bapak Hos Cokroaminoto mengatakan jika Pemerintah tidak hendak mengindahkan segala tuntutan di dalam waktu 5 tahun maka SI sendiri kelak yang akan melakukannya. Dari kejeniusan berpolitik inilah Bapak Hos Cokroaminoto dijuluki oleh Belanda dengan julukan “de Aanstaan de Koning Japanes” (Rajanya orang Jawa yang tak bermahkota).

TAHUN 1917 – 1918

Bapak Hos Cokroaminoto menunaikan ibadah Haji. Pada tahun inilah beliau menjadi Bapak Haji Oemar Said Cokroaminoto yang selanjutnya dari sini beliau sering mengadakan lawatan ke luar negeri mengadakan konsolidasi untuk kesinambungan perjuangan. Maka tercetuslah “Pan Islamisme” dengan tahapan : Kemerdekaan Indonesia, Kemerdekaan Islam, Kemerdekaan Dunia Islam. Untuk kepentingan ini Bapak Hos Cokroaminoto yang nantinya memiliki kader-kader yang progresif : Abi Kusno/Samaun, Sukarno, SM Kartosoewirjo.

TAHUN 1920

Melihat gerak langkah Bapak Hos Cokroaminoto yang semakin lama semakin pesat dan membahayakan, maka Belanda setelah tidak berhasil mengendalikan Bapak Hos Cokroaminoto lewat volskraad-nya, kemudian Belanda memfitnah beliau dengan tuduhan memberikan sumpah palsu kepada suatu peristiwa. Akibatnya beliau dipenjarakan ± 1 tahun. Sementara beliau dipenjara, Samaun pimpinan SI cabang Semarang terpengaruhi faham Marxis. Seringlah terjadi perdebatan yang sengit antara Samaun dan H. Agus Salim pengganti sementara di SI selama Bapak Hos Cokroaminoto uzur. Dalam Kongres Nasional IV disepakati untuk adanya disiplin Partai yaitu tiap-tiap anggota SI tidak memiliki 2 aliansi. Maka Samaun pun terkena disiplin Partai. Maka terbendunglah rencana PKI untuk memerahkan SI apalagi setelah keluarnya Bapak Hos Cokroaminoto dari penjara yang dengan kharismanya dapat memulihkan kerancuan dan perpecahan dikalangan SI.

TAHUN 1921

Samaun mengadakan Kongresnya yang pertama di Semarang, hasil Kongres ini mengangkat Lenin sebagai pimpinan dan diproklamasikannya Partai Komunis Hindia. sebagai transpormasi dari ISDV serta dijadikannya SI cabang Semarang menjadi SI merah.

TAHUN 1923

Diadakan Kongres di Madiun memutuskan tentang perobahan baru pada arahannya, dimana sentral SI diputuskan untuk diubah menjadi Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Resmilah kini golongan Islam mempunyai wadah sebagai alat perjuangan. Dan juga dalam Kongres ini diputuskan mengenai pengukuhan disiplin partai. Misi PKI benar-benar merasa terpotong, maka mereka mengambil sikap balasan dengan mengadakan Kongresnya di Bandung pada tanggal 4 Maret 1923. Yang dihadiri 14 cabang PKI dan 14 cabang SI merah.

Disisi lain terjadi pendirian PERSIS oleh A. Hasan di bantu oleh M. Natsir, dengan ketuanya B. Zamzam dan HM Yunus. Sebenarnya A Hasan ini adalah andalan Bapak Hos Cokroaminoto didalam Syari’ah baik teori maupun praktis. dimana keberadaan A Hasan sendiri pada waktu itu dalam kondisi buron. Maka dalam mendampingi Bapak Hos Cokroaminoto tidak banyak orang tahu setelah diketuai, maka A.Hasan dipaksa untuk berada pada posisi yang mudah diawasi dengan mendirikan yayasan / organisasi formal, sehingga dapat dilihat jelas arahan Persis ini juga hanya berorientasi pada bidang Ubudiyyah dan teori-teori Syari’ah yang banyak mengetengahkan logika. Semenjak keluarnya KH Ahmad Dahlan dari PSII, maka PSII telah dikembangkan oleh Bapak Hos Cokroaminoto. (QS. 30 :31-32), tentang status masyri bagi yang memecah belah Islam menjadi beberapa golongan yang masing-masing merasa bangga dengan golongan nya masing-masing.

TAHUN 1925

SI merencanakan pertemuan antara ulama seluruh Nusantara mengingat adanya pemisahan diri beberapa tokoh yang kurang/tidak setuju dengan prinsif PSII, maka disebarkan undangan kepada orang Islam yang berkompeten diseluruh Indonesia berikut kepada duta SI di Arab Saudi, yaitu KH Hasyim Asy’ari, namun ternyata surat undangan tersebut tersensor Belanda malahan diubah isinya yang tadinya mengadakan undangan kepada para ulama untuk membicarakan persatuan umat, menjadi bahwa akan terjadi pembunuhan para ulama yang tidak mau komitmen kepada PSII. Akibatnya sangat falat , apalagi KH Hasyim Asy’ari adalah Pimpinan pondok Pesantran Tebu ireng di Jombang Jatim. Maka sesudah menerima surat, dia kembali ke Indonesia dan langsung ke sana bukannya datang ke SI untuk laporan mentabayyun sesuai dengan tugas dan haqnya. Sesampainya di Tebu Ireng, Belanda pun telah menyiapkan skenario selanjutnya yaitu KH Hasyim Asy’ari diperintahkan oleh Pemerintah untuk mendirikan suatu perkumpulan agar terjadinya persatuan dan pembaharuah yang bernama Nedherland Organization (NO). Jadi pada mulanya NU adalah golongan yang berada dibawah ketiak thagut.

TAHUN 1926

Untuk kelanjutannya para tokoh Pesantren Tebu Ireng mengadakan rembukan untuk membentuk suatu wadah yang sesuai dengan inspirasi mereka dan juga sesuai dengan situasi dan kondisinya serta telah terasa tekanan kepada mereka dengan semakin tersebarnya faham wahabi yang jelas-jelas bertentangan faham dengan fahamnya Ahlusunnah wal jama’ah yang mereka yakini. Maka lahirlah pergerakan kebangkitan ulama dengan nama Nahdatul Ulama (kebangkitan ulama).

TAHUN 1927

Sukarno dikeluarkan dari SI dan mendirikan PNI (Partai Nasional Indonesia), faktor penyebabnya : Sukarno pernah diketahui oleh Bapak Hos Cokroaminoto yang membuat karya tulis curahan hati dan cita-citanya, setelah dianalisa ternyata karya tulisannya itu tentang Komunisme. Waktu diperintahkan dibatalkan niatnya oleh Bapak Hos Cokroaminoto, malah ia tetap menyatakan pada pendiriannya.

Sewaktu partai membicarakan tentang azas yang mendasari negara bila merdeka ternyata Sukarno bersikeras pada pendiriannya yang menyatakan bahwa Dasar Negara harus Nasionalisme. Maka PSII memutuskan untuk menjatuhkan ketetapan disiplin partai maka Sukarno dikeluarkan dari partai. Kelahiran Islam dipanggung politik cukup menonjol, namun usianya tidak seberapa lama hanya 1 tahun untuk selanjutnya didirikan PNI (Pendidikan Nasional Indonesia) oleh M Hatta. Inipun tetap gaya Barat corak Nasionalisme.

TAHUN 1930

Bapak SM Kartosuwiryo semakin aktif di PSII dan mempunyai peranan penting sebagai dokumen hidup yaitu menjadi sekjen PSII. Pada tahun ini pula beliau menikah dengan Ibu Dewi Siti Kulsum (wiwi).

TAHUN 1933

Majlis Tandhim ke 22 menetapkan sikap Hijrah kepada faham partai, (QS. 2 : 218), terjadi penolakan pemahaman ini pada Wali Al-Fattah. Yang akhirnya mereka terkena disilpin partai. Selanjutnya orang ini mendirikan PARTII (Partai Islam Indonesia).

TAHUN 1934

Tanggal 17 Desember 1934 bertepatan dengan Bulan Ramadhan, tokoh utama Bapak Hos Cokroaminoto wafat pada usia 52 tahun.


Tahun 1934 Sepeninggalan ketua utama PSII maka kepemimpinan jatuh pada adik almarhum sendiri yaitu Abi Kusno Cokrosuyoso dan wakil ketuanya adalah Bapak SM Kartosuwiryo.



TAHUN 1936
PSII dengan pimpinan baru mengadakan Kongres/ Majlis Tandhim ke 23, dimana syuro’ PSII menetapkan dan menugaskan Bapak SM Kartosuwiryo untuk menyusun brosur Hijrah. Setelah tersusun sebanyak 2 jilid maka PSII menetapkan brosur tersebut sebagai konsep partai namun akibatnya terjadi pro dan kontra akan konsep partai yang baru. Karena konsep tersebut jelas menggariskan sikap non koopertif yang radikal.

Tanggal 28 November 1936 berdiri BPPSII (Badan Penyadar PSII) yang dipelopori oleh H Agus Salim dan Moh Room yang menganggap konsep hijrah adalah suatu gila gilaan. Masih tahun ini, SI cabang Padang juga memisahkan diri dan menamakan diri PSII jangkar Pimpinan H Umar Din. Melihat kegoncangan sebagai reaksi dari konsep Hijrah, maka Abi Kusno mengadakan pemantauan ulang terhadap Konsep tersebut yang akhirnya dia menyatakan pembatalan konsep hijrah sebagai konsep partai. Namun Bapak SM Kartosuwiryo berdiri di satu pihak untuk tetap mempertahankan konsep hijrah yang sudah jelas kebenarannya dan juga merupakan kelanjutan dari ide almarhum Bapak Hos Cokroaminoto. Karena gigihnya Bapak SM Kartosuwiryo mempertahankan konsep ini resikonya beliau terkena disiplin partai. Pada hakekatnya Abi Kusnolah yang keluar dari PSII karena ia telah menyeleweng dari azas perjuangan yang ada dan selanjutnya Abi Kusno membawa PSII ke arah parlementer.

TAHUN 1937
Belanda memperalat NU dan Muhammadiyyah untuk mengendalikan Partai Islam di Indonesia dengan diselenggarakannya Majelis Ulama Islam A’la Indonesia (MIAI). Dalam prinsipnya mereka mengatakan non politik. Partai ini diketuai oleh KH Abdul Wahid Hasyim. Istilah ‘Ala yang dipakai pada partai ini menunjukan sebagai yang tertinggi/menaungi namun pada kenyataannya adalah tidak demikian. Dapatlah kita mengkaji ucapan KH Agus Salim ketua BPPSII sebagai berikut : ”untuk kita masih ngeri rasanya akan termasuk dalam satu badan yang menamakan dirinya Tertinggi/ ‘Ala, sedang kita masih mengetahui diri kita meranggkak di bawah ditegah-tengah rakyat yang sedikitpun tidak mempunyai kekuasaan di daulah Agamanya. Tidak berkuasa ataus Masjidnya, atas angkatan iman dan umatnya, atas hukum nikah dan hukum warisnya.”

TAHUN 1938
Sukiman setelah dipecat dari PSII sempat masuk kembali dengan syarat membubarkan PARTII, namun pada tanggal 4 Desember 1938 kembali dikeluarkan kemudian Sukiman mendirikan Partai Islam Indonesia (PII) dan diangkatlah Raden Wiwoho sebagai ketuanya (ex ketua Jong Islamiten Bond). Raden Wiwoho diangkat ketua karena namanya masih bersih dari persengketaan dan pernah di Volskraad menjadikan bertaraf nasional walaupun usianya masih relatif muda.

TAHUN 1939
Lahir sebuah Federasi yang bernama GAPPI (Gabungan Partaip-Partai Politik Indonesia), anggotanya antara lain :
PSII parlementer (Abi Kusno)
Parindra (Sukarjo W)
Gerindo (Mr. Amir Syarifuddin)
Pasundan (Atik Suardi)
Partai Katolik (Kasimo)
PII (Sukiman)

Dr Sukiman memimpin GAPPI dengan topiknya ”menuntut Indonesia berparlementer”. Karena Volskraad selaku Dewan Rakyat terlalu banyak menguntungkan Belanda. Melihat demikian Bapak SM Kartosuwiryo setelah mengadakan konsolidasi dengan orang-orang PSII yang masih mau konsekwen mendirikan Komite Pertahanan Kebenaran PSII (KPK-PSII).


MARET 1940
Dalam rangka merealisasikan itikad sucinya, Bapak SM Kartosuwiryo hijrah ke Malangbong (kampung istrinya) dan disana mendirikan institut SUFFAH. Dari sinilah mulai terbentuk embrio Daulah Islamiyyah. Islam menjadi kenyataan menjadi syari’at yang tegak secara utuh dan murni walaupun dalam skala yang terbatas.

TAHUN 1940
MIAI & GAPPI tergabung dalam suatu proyek yang bernama Kongres Rakyat Indonesia (KORINDO) di Yogyakarta yang programnya :
Mempercepat proses Indonesia berparlemen.
Menuntut perubahan ketatanegaraan di Indonesia menuju berpemerintahan sendiri yang Nasionalistis.

TAHUN 1942
Perang Dunia ke-II dimana Rusia dan Jepang meraih kemenangan. Adapun untuk Asia umumnya dikuasai oleh Jepang termasuk juga Indonesia di dalam menjadi wilayah Jepang. Tanggal 8 Maret 1942 Jepang setelah berkuasa membubarkan (MIAI dan GAPPI), masingmasing anggota kembali ke induknya semula.

NOVEMBER 1943
Atas restu Jepang berdirilah MASYUMI (Majelis Syuro Muslimin Indonesia), maka diangkatlah ketuanya M Natsir. Partai ini sebagai jelmaan MIAI (Belanda) yang telah dibekukan dan berdirinya pun adalah hasil rengekan orang-orang partai Islam kepada thogut Jepang. Dari sini dibentuk barisan militernya bernama “Hisbullah” dengan ketuanya Isa Ansyori. Pembentukan Hisbulloh ini adalah rekayasa Jepang dalam rangka “Man Power” untuk menghadapi pasukan sekutu yang akan menyerang, namun Allah menghendaki lain, justru hal ini menguntungkan bangsa Indonesia sendiri, khususnya Umat Islam yang menjadi kenal betul akan penggunaan senjata.

TAHUN 1944
Siswa Suffah ikut aktif latihan militer Hisbulloh sebagai pemanfaatan situasi. Begitu pula Bapak SM Kartosuwiryo berperan di MASYUMI daerah dan sewaktu akan ditarik ke pusat beliau menolak lantaran tergambar bagaimana keterjeratan dan rencana Jepang yang jelas hendak memanfaatkan Bangsa Indonesia.

TAHUN 1945
Bapak SM Kartosuwiryo memisahkan diri dari MASYUMI Natsir, otomatis terlahir dua kubu MASYUMI, maka Bapak SM Kartosuwiryo pun membentuk barisan-barisan tersendiri yang bernama Barisan Sabilillah. Adapun sebab memisahkan diri ini karena kelalaian diri M. Natsir cs sudah tak dapat diperingatkan lagi. Apalagi janji Jepang muluk dan memberikan peluang sedikit kepada Bangsa Indonesia, yaitu membentuk BPUPKI (Badan Peneliti Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Partai-partai semuanya berebut ambil bagian dari kursi-kursi yang sengaja disediakan, tak terlewat tokoh-tokoh MASYUMI pun ikut berbagi diri. Perhatikan firman Alloh mengenai ini:


“dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), Maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. karena Sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam.” (Qs. An Nisa 140)

“Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya Amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, Yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan.” (Qs. Al Maidah 80)

“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. dan hanya kepada Allah kembali (mu). (Qs. Ali Imron 28)

JUNI 1945
Disepakati Dasar Negara sebagi titik temu berbagai faham yang dijadikan sebagai pandangan hidup umat manusia di Indonesia yaitu Pancasila. Menurut Sukarno, Pancasila adalah buah pikiran Dr. Sun Yat Sen dalam bukunya “The three People Principle” dioplos dengan buah pikiran Adolf Bors tentang sosialisme. Pada rumusan tersebut tidak disinggung akan peran Islam dalam rumusan Pancasila. Pihak militer atau lasykar Muslim yang merintis dan mendominasi perjuangan di Indonesia tidak menerima keputusan ini, maka diambil beberapa orang dari BPUPKI untuk membentuk kepanitiaan juga dengan mengadakan musyawarah dengan para lasykar Muslim. Panitia kecil ini berjumlah 9 orang mereka terkenal dengan Panitia 9 yang anggotanya Abikusno, Sukarno, Wahid Hasyim, Agus Salim, Ahmad, Subarjo, Bung Hatta, Maramis, Abdul Kahar Muzakir dan M. Yamin.

Hasil pertemuan ini menghasilkan “Piagam Jakarta” (Jakarta Charter), yang ditanda tangani tanggal 2 Juni 1945. Dengan Piagam ini umat Islam pada umumnya merasa puas dengan perubahan pada point pertama dari Pancasila, yaitu dari kata “Berketuhanan” menjadi “Ketuhanan dengan menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Hal ini dianggap sebagai konstitusi Dasar akan berlakunya hukum Islam di Indonesia secara mutlak memegang peran yang utama dan terutama, walaupun pada kenyataannya berbicara lain. Betapa besar peranan kesembilan panitia ini mampu menenangkan dan mendiamkan suasana Umat Islam, namun dikemudian hari semua akan merasakan akibatnya . Perhatikan firman Alloh mengenai ini:

“Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya.” (Qs. Al An’am 123).

“dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan.” (Qs. An Naml 48).

AGUSTUS 1945
Jepang takluk pada sekutu otomatis di Indonesia dalam keadaan vacuum dari kekuasaan, maka hal tersebut dipergunakan oleh Bapak SM Kartosuwiryo dan para pendukungnya untuk memproklamasikan Kemerdekaan Negara Islam Indonesia. Proklamasi ini hanya baru di lingkungan sendiri.

AGUSTUS 1945
Proklamasi kemerdekaan Indonesia tersiar lewat radio sampai ke luar negeri. Dengan adanya proklamasi tersebut maka Bapak SM Kartosuwiryo menarik kembali Proklamasi Negara Islam Indonesia (NII) nya dan menyatakan mendukung Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Adapun dukungan ini diberikan mengingat bahwa Sukarno adalah saudara seperjuangan semasa muda dibawah naungan Bapak HOS Cokroaminoto dan bercita-cita mewujudkan satu tujuan yang sama merealisasikan cetusan Pan Islamisme tahap pertama yaitu “Kemerdekaan Indonesia”. Namun sikap ini bukan berarti pula Bapak SM Kartosuwiryo mendukung Nasionalisme dan Komunismenya yang waktu itu masih menyembunyikan dirinya. Jadi Bapak SM Kartosuwiryo tidak menghendaki pertentangan dan perpecahan antara bangsa pada umumnya. Khususnya antar Umat Islam lantaran dua Proklamasi yang sama : yaitu proklamasi kemerdekaan Indonesia. Adapun masalah azas yang berbeda adalah sesuatu yang akan ditentuan kemudian. Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 dapatlah dikatakan atau distatuskan sebagai satu kenyataan lahirnya “Kiblat Baitul Maqdis” bagi Umat Islam.
18 AGUSTUS 1945
PPPKI (Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia) bersidang dengan keputusan :
Menetapkan UU RI
Mengangkat Ir. Sukarno dan Drs. M Hatta sebagai Presiden dan Wapres
Pembentukan Kabinet Pertama yang bernama Kabinet Presidentil



Pada hari / tanggal ini juga wakil dari Indionesia bagian Timur Mr. Syam Ratulangi datang ke Jakarta untuk mengusulkan penghapusan Piagam Jakatra. Mengingat Umat Bangsa Bagian Timur mayoritas beragama Kristen yang jika usulannya tidak dikabulkan akan memisahkan diri dari RI. Maka pada waktu itu pun Sukarno lebih menampakkan kecongkakannya untuk menghapuskan Piagam Jakarta dan mengembalikannya kepada Pancasila. Namun benar-benar caranya sangat halus, Diawali dengan berpidato dihadapan sidang yang diiringi dengan derai air mata buaya, Sukarno memaparkan kerisauannya dan kesedihannya bilamana Bangsa Indonesia terpecah persatuan dan kesatuannya hanya lantaran perbedaan Agama, sementara kemerdekaan Indonesia baru pertama kali dikumandangkan. Ampuh sekali hasilnya dimana perwakilan dari Islam pun menjadi sangat lunak terlebih setelah Sukarno mengajak bicara secara pribadi dengan Wahid Hasyim yang setuju akan penghapusan Piagam Jakarta, maka resmilah penghapusan Piagam Jakarta dengan perubahan pada poin pertama “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam sebagai pemeluk-pemeluknya” dirubah menjadi Ketuhanan yang Maha Esa.

9 SEPTEMBER 1945
Belanda membonceng pada Sekutu waktu akan mengadakan pelucutan senjata Jepang kembali datang ke Indonesia yang sebenarnya akan menancapkan bendera lagi untuk menjajah bumi Pertiwi.

15 OKTOBER 1945
Tentara Inggris masuk ke Indonesia dibawah pimpinan Jendral Howtorn 1 NOVEMBER 1945. Presiden dan Wapres serta Mentri Amir Syarifuddin terbang ke Surabaya atas undangan Jendral Howtorn yang memerintahkan Cease Fire.

Ini berarti pencoretan Islam dipanggung politik Indonesia yang akan berakibat kemudian tercabutnya Islam hingga ke akar-akarnya dari peredaran bumi Indonesia. Adapun Undang-undangnya adalah mentransfer dari UUD Belanda yang didominasi kaum Gereja dan Sekuler.

Bagaimana pendapat dan sikap anda wahai ummat Islam di Indonesia???

7 NOVEMBER 1945
Berdiri MASYUMI Baru, kelahirannya setelah dikeluarkan Dekrit Hatta tentang kebebasan untuk berdirinya Partai-partai politik. Partai ini menjadi partai terbesar di samping Partai Nasionalis serta Sosialis. Mengingat betapa pentingnya wadah bagi Umat Islam Indonesia yang pada awalnya sebagai penggerak kesadaran merdeka, sebagaimana MASYUMI yang lalu, MASYUMI barupun memiliki pasukan militer yang bernama Hisbulloh dan Sabilillah. Pasukan ini berjuang mempertahankan kemerdekaan bersama BKR /TKR / TNI beserta yang lainnya. Partai Masyumi terkenal paling keras menentang segala macam bentuk kompromi dengan penjajah. Pada tahun ini juga Kabinet berubah dari Presidentil Kabinet menjadi Parlementer Kabinet. Dibawah kepemimpinan Sjahrir.

10 NOVEMBER 1945
Pertempuran di Surabaya, TNI melawan Belanda adalah pertempuran yang sama-sama bathal, yang menentukan kemenangan ialah kekuatan fisik dan kesempurnaan sarana fasilitas. Maka pertempuran inipun Belandalah yang mendapat kemenangan, dikarenakan banyaknya korban maka hari atau tanggal ini dijadikan sebagi hari Pahlawan. Dalam kurun waktu 2 tahun serangan Belanda telah menciutkan wilayah RI menjadi Jawa dan Sumatra.

3 JULI 1945
Coup d’etat Komunis Tan Malaka bernamakan “persatuan Perjuangan” tapi gagal.

10 – 12 JULI 1945
Konfrensi Malino oleh Van Mook dalam persiapan pembentukan Pemerintahan Federal Belanda untuk daerah-daerah Malino.

18 – 24 DESEMBER 1945
Konferensi Denpasar kelanjutan Konferensi Malino untuk pembentukan Negara Indonesia Timur, diangkat sebagai Presidennya Sukawati dan Perdana Menterinya Najamuddin Daeng Malewa.
MARET 1947
Karena RI terus terdesak maka masuklah ke dalam Perjanjian Linggar Jati, yang mana RI menandatangani persetujuan tersebut yang intinya menyatakan bahwa keberadaan wilayah RI hanya tinggal Jawa dan Sumatra. Hal ini membuktikan akan hal pengkhianatan Sukarno terhadap Amanat Rakyat yang telah dipercayakan kepadanya. Dengan Sukarno menyerahkan begitu saja kepada Belanda akan rakyatnya untuk dijajah.

Maka Bapak SM Kartosuwiryo menstempel Sukarno sebagai pengecut, tak mengacuhkan penderitaaan rakyat dan meremehkan para lasykar/para gerilyawan yang terus berjuang dan siap mati untuk membela kemerdekaan menghadapi penjajah Belanda diberbagai daerah. Sebagai sikap yang diambil oleh Bapak SM Kartosuwiryo, beliau mengeluarkan manifesto politik dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi kemudian dengan dibentuknya : MUI (Majelis Umat Islam) di Tasik (Sindangkasih perbatasan antara Tasik dan Ciamis) DPUI (Dewan Pertahanan Umat Islam) di Garut.

3 JULI 1947
Dibentuk Kabinet Amir Sjarifuddin yang mengakibatkan semakin melemah pihak RI sendiri

21 JULI – 14 AGUSTUS 1945
Belanda melakukan Aksi Polisional yang mengakibatkan semakin terdesaknya wilayah RI.

17 JANUARI 1948
RI masuk pada Perjanjian Renville, dengan keputusan bahwa wilayah RI cuma tinggal Yogyakarta dan 8 Karesidenan yang rata-rata minus dan kurang penduduk serta tanpa pelabuhan. Pengurangan wilayah RI dan penarikan TNI ke Yogya sebagai usaha-usaha Belanda dalam rangka persiapan pembentukan RIS dan UNI – BELANDA.

Setelah Perjanjian Renville ini Belanda membentuk Negara-negara Boneka antara lain : Negara Pasundan, Negara Jatim, NTT dll., yang tergabung dalam BFO (Bijeenkomst voor Federal Overlag).

7 – 10 FEBRUARI 1948
Berhubung peristiwa pahit akibat Perjanjian Renville, dengan rasa sedih prihatin tapi penuh tanggung jawab atas nasib rakyat dan Umat Islam serta nasib kemerdekaan Indonesia, maka atas inisiatif MASYUMI Priangan dilangsungkan Musyawarah Umat Islam di Kampung Pangrumusan, Cikoneng Desa Gunung Cupu dengan jumlah hadirin yang tidak kurang dari 1000 orang. Kehadiran anggota Konferensi dalam jumlah besar ini diselenggarakan atas Kodrat Alloh Ta’ala dan upaya KH Masduki dkk yang telah membina dan menata masyarakat serta lingkungannya secara utuh hingga dua desa di Gunung Cupu dapat dikuasai. Maka lokasi tesebut dijadikan tempat strategis bagi Konferensi yang digelar dalam sebuah aula besar. Konferensi dipimpin oleh Pak Kamran dan dihadiri oleh perwakilan parpol dan ormas seperti : PSII (Parlementer) (Pak Oni) , Ormas (Hasan Toha), NU, Persis, Muhammadiyah, dll.

Juga dari luar Jawa ada yang ikut hadir serta datang juga keturunan Arab bernama Abdullah Barabas, Khabarnya hadirin diatas adalah rata-rata Ulama besar dan pemukapemuka masyarakat, kebanyakan hadir sambil membawa kitab-kitab Islam, ada yang sampai dua pikulan. Hal ini menunjukan betapa penting yang digelar karena akan menentukan sejarah Islam dan nasib Umat Islam pada masa yang akan datang.
Hasil keputusan Kongres antara lain adalah :

- Mendirikan Majelis Islam (MI)
- Bentuk partai diubah menjadi Negara
- Membentuk MASYUMI Jabar
- Pembentukan Tentara Islam Indonesia (TII), terdiri dari:
BKN (Badan Keamanan Negara)
PII (Polisi Islam Indonesia)
PADI (Pahlawan Darul Islam / Lasykar Cadangan BKN) Panglima Perangnya diangkat Bapak R. Oni Qital

- Membentuk organisasi Militer Tentara Islam Indonesia dari regu sampai resimen. Resimen yang terbentuk bernama Resimen Sunan Rahmat dengan 4 Bataliyon yaitu:

Batalion yang dipimin oleh Agus Abdullah, meliputi Indramayu, Sukunsari
Batalion yang dipimpin H Abidin, meliputi Wanaraja – Garut
Batalion yang dipimpin Nur Lubis
Batalion yang dipimpin oleh Adah Jaelani

- De Facto yang sementara :
Desa Cikoneng dipegang oleh KH Masduki
Desa Cihaur dipegang oleh Kyai Jajuli
Desa Panumbangan

- Perlunya terangkat seorang Imam.
Untuk hal ini tak ada yang siap dan apalagi menyiapkan diri sebagai Imam, maka ditempuhlah pengangkatan Imam ini dengan : 1). Istikharah ; 2). Musyawarah. Cara pertama ditempuh, semua yang hadir dalam Konferensi ini melakukan istikharah dalam dua tahap. Pada tahap pertama sebagian dari seluruh jumlah yang melakukan shalat melihat Bapak SM Kartosuwiryo dalam mimpi berpakaian adat Jawa. Hal ini anggota memandang perlu adanya suatu selacta ……… (seleksi) Apakah calon Imam ini direstui Allah atau tidak, karena nantinya akan memegang amanat sebagai Khalifah (Wakil Allah). Maka dilakukan tahap kedua melakukan kembali Istikrarah 3 sampai 7hari. Hasilnya sebagian besar adalah melihat dalam mimpinya tulisan arab dengan kalimat Indonesia “Minal Mukhlasiin” artinya adalah “Dari orang-orang yang ikhlas”.

Ini suatu peristiwa akbar, nampak kebesaran Allah di muka bumi ini, keputusan dan pelantikan Imam di laksanakan kemudian pada Bulan Maret.

Beberapa saat kemudian, dikirimlah beberapa utusan Imam dibawah pimpinan Sdr. Nanggadisura ke Ibukota Yogyakarta dengan tujuan menyampaikan surat-surat Imam kepada Presiden Sukarno / Pemerintah RI dan Pemimpin-pemimpin Islam disana untuk mempermaklumkan keputusan-keputusan tersebut. Berita Jawa seberah Barat mendapat sambutan baik dan direstui Pemerintah dan rakyat RI disana. Sejalan dengan itu dikirimkan pula beberapa orang utusan ke Sidang BKMI (juga di Yogya) yang berlangsung antara tanggal 26 akhir November 1948. Kemudian oleh sidang tersebut keputusan-keputusan Umat Islam Jawa sebelah Barat itupun diterima dan diakui secara aklamasi. Dengan ini jelas dan tegas, bahwa keputusan-keputusan Umat Islam tertanggal 10 Pebruari 1948 itu merupakan keputusan seluruh Umat Islam Bangsa Indonesia. Disini salah seorang tokoh utama Masyumi yang bernama M. Natsir pernah diajak gerilya oleh seorang tokoh Negara Islam Indonesia (NII), namun menolak dengan alasan bahwa dia tidak sanggup berjuang dengan cara gerilya dan kemudian memutuskan untuk Hijrah ke Yogya. Namun dia menjanjikan tetap komitmen kepada Negara Islam Indonesia, walaupun berada di daerah RI. Maka oleh Negara Islam Indonesia (NII) dia ditugaskan untuk berperan sebagai Abbas-nya Rasulullah SAW (informan).
Setelah di Yogya pun M.Natsir memenuhi tugasnya, dimana lahirnya keputusan diatas diterimanya pula sebagai keputusan seluruh Umat Islam Bangsa Indonesia. Dari keahliannya berpolitiknya maka dipanggung Indonesia politik Negara Islam Indonesia (NII) menjadi kuat.

17 FEBRUARI 1948
Agresi Belanda pertama mengadakan pembersihan daerah kekuasaannya di Jawa sejak dari Timur menuju ke Barat ; namun sesampainya pasukan Belanda di Jawa Barat tepatnya di Gunung Cupu bentrok dengan pasukan Tentara Islam Indonesia (TII). Kasusnya berawal dari pengkhianatan Abdullah Barabas, padahal dia adalah teman dekat Pak Oni, dimana Abdullah Barabas merasa tidak setuju dengan lahirnya Majelis Islam (MI). Waktu Shubuh ia meninggalkan Majelis pada waktu Konferensi. Namun dalam perjalanan ia tertangkap Belanda. Maka terbongkarlah keputusan yang telah lahir. Tidak lama kemudian pada tanggal16 Pebruari 1948 pukul 16.00, Belanda menyerang Markas Tentara Islam Indonesia (TII)
selama dua jam dengan meluncurkan kurang lebih 2000 roket berbobot antara 25 – 30 Kg, dengan kejadian ini Tentara Islam Indonesia mengumumkan perang. TII berjumlah 313 jundulloh dengan bekal 7 pucuk senjata melawan ribuan jundusy syaithon dengan peralatan perang lengkap.


Yang menentukan kemenangan antara dua pasukan Haq dan Bathil adalah nilai Aqidah dan Jihad, bukan oleh jumlah dan materi, maka kemenangan ada di pihak TII. Setelah memakan waktu 3 Bulan 3 hari dikhabarkan pada pertempuran ini pihak TII tidak seorangpun yang menjadi korban atau gugur di medan perang. Barangkali kejadian itu belum adanya pembai’atan yang kongkret sebagai ikatan yang jelas, sehingga lahirnya syuhada (mati syahid) yang harus di saksikan dan dipertanggung jawabkan sebagai seorang Mujahid. Adapun dengan kemenangan ini TII dapat merampas 10 pucuk senjata, dengan demikian perlengkapan TII bertambah menjadi 17 pucuk senjata.

1 – 2 MARET 1948
Konferensi di Cipeundeuy Kec. Bantarujeg Kab. Cirebon yang dihadiri Bapak SM Kartosuwiryo, Pak Kamran, Pak R Oni Qital, KH Ghojali Tusi, Sanusi Partawijaya, Toha Arsyad dan lain-lain. Kesimpulan isi Konferensi adalah :
Program politik Umat Islam
Rencana ketentraman Umat Islam Indonesia mengenai keorganisasian dan usaha
Kesatuan Pimpinan (lampiran I)

Maka pada Konferensi ini terangkatlah Resmi Imam Negara Islam Indonesia (NII) yaitu : Bapak SM Kartosuwiryo

APRIL 1948
Imam Bapak SM Kartosuwiryo melawat ke front dan mengadakan pertemuan hingga terselenggara dialog para ulama dengan Imam Bapak SM Kartosuwiryo sebagai bahan-bahan untuk penyusunan Konstitusi Negara Islam Indonesia (NII) yang bernama Kanun Azasi.

1 – 5 MEI 1948
Konferensi di Cijoho Kec. Bantar Ujeg – Majalengka merupakan Sidang Kabinet (Dewan Imamah). Dalam Konferensi ini dibicarakan hal pembenahan termasuk pemberlakuan Bai’at bagi TII yang sekarang dan akan datang (lampiran 2).

1 JUNI 1948
Belanda menggugat Perjanjian Renville kepada RI, maka Jendral Sudirman mengirim kurir kepada Bapak SM Kartosuwiryo untuk diajak ta’at kepada Pemerintah RI, menyerah kepada pihak Belanda sebagai mana perjanjian. Bapak SM Kartosuwiryo balik bertausiah kepada Jendral Sudirman dan berhasil, dimana Jendral Sudirman menyatakan rasa simpatik akan perjuangan gerilya Bapak SM Kartosuwiryo dan mendukung dengan dikirimnya persenjataan ke Jawa Barat.

JUNI 1948
Kembali terjadi pertempuran ke-II . TII berjumlah 4000 jundulloh melawan 14000 jundusy syaithon. Berlangsung selama enam bulan di seluruh Jawa Barat dengan pusatnya : Garut ; Ciamis ; Tasikmalaya. Kembali kemenangan diraih oleh pihak TII dengan seijin Allah dengan gilanggemilang. Dikhabarkan pada pertempuran ini banyak syahid (QS. Ali Imron:13).

“Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur) segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.” (Qs. Ali Imron 13)

TANGGAL 27 AGUSTUS 1948
Undang-undang Dasar atau Kanun Azasi NII di resmikan (lampiran 3) Bapak SM Kartosuwiryo mempunyai gagasan untuk berusaha tidak untuk mendirikan Negara Islam Indonesia tetapi juga mengusahakan “Perserikatan Negara-negara Islam seluruh Dunia”, melalui fase perjuangan. (lampiran 4).

TANGGAL 18 SEPTEMBER 1948
Pemberontakan PKI di Madiun. Hal ini pun sebagai dampak dari Perjanjian Renville dimana Muso sewaktu datang dari ChekoSlovakia mendapatkan negara tidak karuan karena perjanjian yang dilaksanakan dipandang sebagai penjualan Negara dari Sukarno dkk. kepada imperialis demi kepentingan pribadi. Hingga terjadilah pemberontakan. Selain oleh orangorang Muso sendiri juga di dukung oleh kaum sosialis Pimpinan Amir Syarifuddin, yaitu Front Demokrasi Rakyat (FDR). Pemberontakan ini berakhir pada bulan Desember. Pada Bulan Oktober 1948 masa penataan struktur NII dan pada tanggal 6 Oktober terbentuk Dewan Imamah.

AWAL DESEMBER 1948
Pasukan Belanda mengalami kekalahan total beberapa kali melawan kekuatan yang sebenarnya jauh lebih kecil baik personil maupun persenjataan, maka hal ini merupakan sesuatu hal yang memalukan sehingga Jendral yang terutus dari Belanda yang bernama Jendral Scoor melakukan bunuh diri, hal ini sangat membangkitkan kemarahan Belanda.

18 DESEMBER 1948
Agresi Belanda ke II

Belanda langsung menyerang Yogya dan memporak-porandakan dengan alasan RI telah melanggar perjanjian Renville, yaitu dengan adanya pengiriman senjata ke Jawa Barat dari Jendral Sudirman. Ditengah-tengah RI sedang memulihkan kondisi dan sedang menyusun strategi, mendapat serangan mendadak dari Belanda yang membuat kecut TNI dan mereka kocar-kacir, sebetulnya TNI tidaklah sepengecut itu karena setidaknya anggota TNI mayoritas orang-orang masih terjiwai oleh ruh-ruh Islam yang patriotisme tidak disangsikan, tetapi hal ini diakibatkan oleh kepengecutan Sukarno, dimana TNI dengan pepemimpinan Jendral Sudirman dengan pihak Pemerintah Sukarno telah mengadakan semacam perjanjian dengan pihak militer untuk siap meneteskan darah yang penghabisan dalam membela Pemerintah.

Ditengah-tengah bergeloranya perang tak tahunya tiba-tiba berkibarnya Bendera putih dari gedung tempat Pemerintaah yang berarti RI menyerah. Sukarno bertekuk lutut kepada pihak Belanda tanpa kompromi dengan Jendral Sudirman. Betapa kecewanya Jendral Sudirman; beliaupun akhirnya melarikan diri ke hutandisertai oleh pengikutnya yang setia kepada beliau untuk tidak sepengecut itu menyerah kepada imperealisme. Tidak seperti Sukarno, Hatta, Ketua KNIP menteri Luar Negeri dan lainnya diborgol dan ditawan.

Ada juga pasukan yang lari tanpa mengikuti Jendral Sudirman tetapi kembali ke Jawa Barat, yaitu sebahagian besar pasukan Siliwangi yang sampai di
perbatasan Ciamis dihadang oleh Tentara Islam Indonesia (TII) dengan 3 alternatif:
Bergabung dengan Tentara Islam Indonesia (TII) yang pengakuan resminya sebagai Mujahid setelah mengikuti 3 kali peperangan.
Kembali menjadi rakyat berarti dilucuti senjatanya.
Bila tidak memilih poin satu dan dua maka statusnya adalah tentara liar yang mengacaukan keamanan

21 Desember 1948
Bapak Imam Kartosuwiryo mengeluarkan pernyataan sehubungan situasi dan kondisi yang ada dalam Maklumat No. 6 angka 6-10 (PDB).

22 Desember 1948
Lahir PDRI (pemerintah darurat RI) di sumatra oleh Safrudin Prawira negara. PDRI didirikan atas inisiatif dari safrudin semata jadi bukanlah mandat dari sukarno baik secara lisan maupun tulisan . namun hal ini dijadikan sebagai fakta sejarah masih hidupnya RI olehpara pendusta.

23 Desember 1948
Lahir maklumat no 7 angka 11 halaman 11 PDB sebagai berikut:
“Bahwa sejak hari tanggal diumumkan maklumat ini hanya dikenal 2 golongan yang berperang ialah Negara Islam Indonesia (NII) dengan Belanda atau/dan Negara-negara yang menjadi “boneka Belanda”) ……”

25 Januari 1948
Perang Segitiga Antralina (Ciawi) antara NII dengan TII nya, Belanda dengan Negara Pasundannya dan RI dengan TNI nya.

Negara Pasundan adalah buatan Belanda dengan aparatur bangsa Indonesia sendiri. Tentaranya selain orang pribumi juga dibantu tentara kolonial. Adapun TNI disini maksudnya Siliwangi yang datang kembali ke Jawa Barat setelah melakukan Long March, sebenarnya telah mendapat suaka dan diajak bersama menghadapi Belanda oleh TII, maka pihak TNI Siliwangi sebenarnya adalah pemberontak sebagai mana dinyatakan dalam maklumat militer No. 1 sbb: Tentang: tentara liar gerombolan serta golongan yang ada dijawa barat.

Jadi pada waktu itu bisa dikatakan bahwa suatu daerah terdapat 3 pemerintahan dengan masing-masing aliansi: NII, Pasundan dan Republik. Pada pertempuran inipun kemenangan tetap ada dipihak TII/NII 7-5-49.
Statemen (Perintah-perintah) Roem-Royen antara lain:
1. Yogya diserahkan kepada RI
2. Presiden, wapres dan lain-lain harus dikembalikan ke Yogyakarta
3. Bersedia mengikuti KMB dalam pembentukan Negar Indonesia Serikat (NIS) atau RIS.

19 – 22 Juli 1949
Konfrensi RI – BFO di Yogya membicarakan persiapan menghadapi Konfrensi Meja Bundar KMB. tanggal 3 Agustus 1949
Terlaksananya konfrensi ulang di Jakarta yang isinya adalah:
Perintah penghentian perang gerilya oleh Presiden Sukarno
Delegasi RI yang dipimpin Hatta berangkat ke Nederland

6 Agustus 1949
M. Hatta tiba di Nederland untuk menghadiri KMB

23 Agustus 1949
KMB di Den Haag dimulai
A. PROKLAMASI NEGARA ISLAM INDONESIA DAN KESINAMBUNGANNYA

7 Agustus 1949
Proklamasi NII dikumandangkan dibumi Indonesia yang didahului oleh suatu uraian singkat mengenai tugas dan kewajiban pejuang umat Islam Indonesia; juga dilengkapi dengan penjelasan yang terdiri 10 Pasal Teks Proklamasi (Insya Alloh dikemudian hari akan dijelaskan). Untuk melihat teks proklamasi NII silakan pilih kategori Proklamasi NII vs Proklamasi RI.

30 Oktober 1949
Susunan Pemerintahan Negara dimasa perang MKT No. I. Lampiran 1 dan 2 Memutuskan Penetapan Bentuk Komandemen dan Penetapan tetang Tentara dan Ketentaraan.

27 Desember 1949
Penyerahan kedaulatan atas RI dari Pemerintah Belanda dalam KMB (bukan merdeka) dengan ketentuan sebagai berikut:
Membentuk Negara Indonesia Serikat (NIS/RIS)
Hukum yang berlaku adalah Hukum kolonial Belanda
Hancurkan Negara Islam Indonesia dan Tentara Islam Indonesia
Berkewajiban mengganti kerugian dana yang diderita Belanda selama menghadapi peperangan dengan Tentara Islam Indonesia (TII) (menurut suatu khabar jumlahnya kurang lebih 6 juta Gulden)

Renungkan dan Pahami !!! wahai ummat Islam di Indonesia!!! lihatlah isi KMB tersebut sungguh nyata sekali untuk memusuhi Islam dan terbukti sampai hari ini pihak RI masih terikat isi perjanjian KMB tersebut. Afalaa Ta’qilun wahai muslim Indonesia.

23 Januari 1950
Peristiwa APPRA

Tahun 50 awal

RIS mulai bekerja dengan menarik M. Natsir sebagai PM pertama Indonesia. Pengangkatan M. Natsir disebabkan citra Sukarno yang telah terlibat PKI yang jelas musuh Islam khususnya dan masyarakat umumnya, maka dalam rangka menenangkan suasana juga dalam rangka azas manfaat tokoh-tokoh Islam yang membelot dengan mendudukan mereka di Parlemen RIS dalam menghadapi NII mengambil langkah pertamanya dengan diplomatik, diperintahkan Natsir untuk berupaya menundukan Imam SMK, maka diutuslan seorang ulama besar, A Hasan, namun sekembalinya dari berhadapan dengan Imam SMK, justru A Hasan kalah hujjah malah taslim kepada NII yang kemudian ditugaskan untuk bergerak di perkotaaan dengan menempatkan PERSIS sebagai lembaga pendidikan NII di perkotaan, sebagai akibat pada komitmen pada NII A Hasan tidak berusia lama dari kejadian tersebut beliau wafat ditembak seorang yang tidak dikenal. Selanjutnya Natsir mengutus Wali Al-Fatah untuk berhujah menghadapi Imam SMK akhirnya wali Al-Fatah kalah hujjah juga. Namun Wali Al-Fatah sekembalinya dari gunung mengatakan bahwa dialah yang menang hujjah dan malah mengatakan bahwa dialah sekarang yang memegang komando, tetapi tidak berpengaruh banyak.

13 April 50
Peristiwa Andi Azis di Sulawesi.

25 April 50
Negara Indonesia Timur menjadi RMS dibawah Soumokil

17 Agustus 50
RIS kembali kepada Negara Kesatuan namun dengan konstitusinya menggunakan konstitusi RIS.

22 Oktober 50
Pengiriman Nota Rahasia pertama dari Imam SMK kepada Presiden Sukarno.

17 Pebruari 51
Pengiriman Nota Rahasia kedua dari Imam SMK kepada Presiden Sukarno.



B. PENGGABUNGAN LASYKAR-LASYKAR MUSLIM DI LUAR JAWA-BARAT

1. Pimpinan Pimpinan Amir Fatah Wijaya Kusumah dan beberapa Batalyon TNI.

Semasa perjanjian Renville di Jawa Tengah khususnya daerah Tegal-Brebes kesatuan TNI pimpinan Wongso Atmojo membentuk sub wehrkreise III disingkat menjadi SWKS III, sebagai bagian dari struktur komando Tentara Republik. Kedalam kesatuan inilah didatangkan seorang yang bernama Bapak Amir Fatah W untuk menjabat sebagai ketua Koordinator kepala keamanan SWKS III. Disini Bapak Amir Fatah W membawahi 3 kompi:
Kompi Irfan Mustafa
Kompi Dimyati
Kompi Syamsuri

Mereka adalah dari batalyon V Brig. IV Div. III (pasukan bekas Hisbullah) skup Bataliyon daerah Pekalongan yang tidak bersedia di TNI kan. Sementara di Tegal – Brebes telah ada organisasi Masyumi. Bapak Amir Fatah W pun ikut aktif didalamnya dan ternyata dia mampu memegang peranan hingga tingkat desa lengkap dengan program pemerintahannya. Dalam suatu rapat para pemimpin MI memutuskan untuk membentuk kekuasaan daerah yang bernama Darul Islam, memberlakukan Hukum Islam sebagaimana yang terselenggara di Jawa Barat, maka pasukan MI (peleburan Hisbullah dan GPII) dirubah menjadi TII, BKN dan PADI setelah ada kontak dengan Pemerintah Negara Islam Indonesia NII Jawa Barat.

16 Pebruari 49
Kunjungan utusan Pemerintah NII yang bernama Kamran Cakra Buana Panglima Divisi I/Syarif Hidayatullah TII Jawa Barat ke Jawa Tengan untuk bertemu dengan Bapak Amir Fatah W dalam rangka memadukan azzam atau kebulatan tekad dengan kesepakatan:
melanjutkan (mempertahankan) proklamasi 17 Agustus 1945 dengan sistem NII
NII pekalongan dan Banyumas ditugaskan untuk menjalankan organisasi serta alatnya sebagai persiapan NII

Akhir april 49
Proklamasi NII Jawa Tengah yang merupakan bagian dari NII. juga diangkat Bapak Amir Fatah W sebagai panglima NII wilayah Jawa Tengah.

Maka renungkan dan pahamilah wahai muslim di Indonesia, sampai pada saat ini penerus perjuangan NII wilayah tersebut masih ada dan istiqomah.

2. SULAWESI PIMPINAN KAHAR MUZAKAR

Bulan Oktober 50
Setelah pengakuan kemerdekaan dan pembentukan RI yang bersifat federal (Desember) telah timbul berbagai ketegangan di Sulawesi Selatan. Salah satunya ialah pertentangan yang ditimbulkan oleh para gerilyawan menuntut penggabungan secara menyeluruh dengan tentara Nasional, namun Kolonel Kawilarang sebagai komandan disana hanya menerima sedikit karena pada kebanyakan terkena seleksi dan selebihnya dibubarkan.

Untuk menyelesaikan masalah ini ada seorang teman Bapak Kahar Muzakar yang bernama Bahar Mattaliu mengajukan usulan kepada Presiden di Jakarta lewat surat yang isinya menjelaskan bahwa yang akan dapat menyelesaikan kerusuhan itu hanyalah Bapak Kahar Muzakar karena dialah yang telah membentuk mereka. Usulan tersebut diterima Presiden, maka diutuslah bakak Kahar Muzakar ke Sulawesi. Sampai disana Bapak Kahar Muzakar mengusulkan kepada Kolonel Kawilarang bahwa untuk menanggulangi dan mengendalikan para gerilyawan adalah dengan cara mereka dikoordinir dan dijadikan pasukan berupa satu brigade dibawah pimpinan Bapak Kahar Muzakar secara langsung. Usulan itu ditolak oleh Kolonel Kawilarang, maka Bapak Kahar Muzakar meninggalkan Makasar tanggal 5 Juli 50; kemudian bergabung dengan gerilyawan di hutan untuk berhadapan dengan TNI. Dengan para gerilyawan inilah Bapak Kahar Muzakar leluasa membentuk dan mengarahkan pasukan kepada suatu arahan jelas menurut prinsip yang beliau anut yaitu prinsip-prinsip Islam. Dalam kurun waktu yang singkat terbentuk suatu pasukan yang kuat dan terus berkembang dengan cepat.

Perjuangan di Sulawesipun mendapat tembusan dari Jawa Barat yang mengajak bergabung dalam suatu naungan yang sama yaitu dibawah bendera perjuangan Negara Islam Indonesia.

20 Januari 50
Bapak Kahar Muzakar menulis jawaban kepada Bapak Imam SMK yang menyatakan bahwa Bapak Kahar Muzakar menerima pengangkatan sebagai Panglima TII untuk Sulawesi dan pelantikan para gerilyawan menjadi TII pada tanggal 7 Agustus 53 juga sebagai ulang tahun proklamasi NII dan dinyatakan bahwa Sulawesi merupakan bagian dari NII. Peristiwa ini terjadi didaerah sekitar Maklus (sulsel) dari sini lahirlah “piagam Maklus”.

BEBERAPA PIAGAM MAKLUS YANG TERKUMPUL
Pasal 12 : Partai PNI, Murba dan PKI adalah munafik dan tidak bertuhan dan karena itu harus dihancurkan.
Pasal 13 : Partai-partai Islam seperti Masyumi, NU dan PSII dinilai kontra revolusioner dan harus ditiadakan.
Pasal 16 : Semua orang feodal yang gemar memakai gelar dan perkataan seperti Opu, Karaeng, Andi, Daeng, Haji, Gede, Bagus, Sayyid, Teuku atau Raden harus ditawan

3. SUMATRA (ACEH) PIMPINAN TEUKU DAUD BEUREUH

Tahun 1946
Sejak semula di Aceh ada kekuatan yang merupakan dwi-tunggal, yaitu antara para ulama yang memegang dan memerankan Hukum Islam dan Ulee Balang (Hulu Balang) sebagai pemegang Hukum Adat. Ada seorang Sultan yang mampu memadukan dua kekuatan ini menjadi satu. Namun sejak tanggal 10 Januari 1903 Sultan tertawan, maka Dwi-tunggalpun terpecah dengan ditariknya Ulee Balang pada pemerintahan sipil Kolonial. Senantiasa terjadi pertikaian antar ulama dan Ulee Balang hingga tahun 1939. Para Ulama bersatu dalam PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) dan diakhiri tahun 1945; singkatan tersebut menjadi singkatan slogan “Pembasmian Uleebalang-Uleebalang Seluruh Aceh”, maka pada awal tahun 1946 terjadi pembantaian sebahagian besar Uleebalang, keluarganya dibunuh dan sisanya ditawan PUSA dipimpin oleh 4 Ulama dan sebagai Ketuanya ialah Teuku Muhammad Daud Beureuh. Organisasi perjuangan PUSA seperti halnya perujangan yang terdapat di pulaupulau lainnya, yaitu perang sabil melawan Belanda.

Tanggal 19 September 53
Diawali dengan proklamasi Aceh dan daerah-daerah sekitarnya menjadi bagian dari NII diserukanlah komando dimulainya pergerakan seluruh Aceh. Kemenangan-kemenangan diraih selain persiapannya yang juga mapan juga adanya dukungan dari masyarakat pada umumnya. Juga hubungan Diplomatik dengan luar negeri dengan negara-negara Islam maupun dengan fihak PBB sendiri terjalin baik. Yang menjadi konsultannya adalah Hasan Muhammad Tiro yang berdomisili di Amerika.

Tahun 53
Pemilu RI yang pertama, Masyumi menang mutlak, maka di Pemerintahan Pusat semakin gencar pengajuan penyelesaian masalah di Aceh dengan cara perundingan.

Antara 55 – 56
Kebusukan tentara Republik:
Perlakuan tak senonoh (asusila) prajurit TNI Minangkabau yang masuk ke sebuah desa dekat Banda Aceh dan mengumpulkan seluruh wanitanya. Kemudian para prajurit itu semua memperlihatkan kemaluannya kepada para wanita tadi juga beberapa tawanan dari Aceh (prajurit NII) dipaksa untuk sama-sama memperlihatkan kemaluannya. Para prajurit RI mengatakan kepada para wanita bahwa dia dengan orang Aceh tidak ada perbedaan, yaitu telah sama-sama disunat, karena itu agar tidak dicap kafir.
Perampokan dan pembakaran rumah-rumah penduduk yang dicurigai pro Panglima Daud
Di desa Cot Jeumpa dan Pulot Leupang pasukan Republik mengumpulkan semua penduduk tak terkecuali anak-anak, perempuan dan orang tua renta yang kemudian tanpa ragu dan belas kasihan mereka dibantai semuanya.

4. KALIMANTAN PIMPINAN IBNU HAJAR

Bermula dari kehadiran kelompok-kelompok kecil orang-orang asal Kalimantan yang ada di Pulau Jawa juga kelompok-kelompok kecil di Kalimantan itu sendiri yang bergerilya melawan Belanda yang perjuangannya jelas sempalan dan tak terkoordinir, maka Pemerintah RI membentuk ALRI Div. IV untuk mempersatukan gerilyawan tadi dalam mempertahankan Republik di Kalimantan serta hendak menjadikan Kalimantan sebagai wilayah republik ALRI Div. IV dipimpin oleh Hasan Basri dan wakilnya Gusti Aman.

Tahun 1947
Pelantikan ALRI Div. IV resmi menjadi bagian dari jajaran militer Pemerintah RI setelah terjadinya Perjanjian Linggar Jati, maka hal ini sebenarnya untuk pengendalian ALRI Div. IV yang senantiasa mengadakan aksi yang merepotkan Belanda hingga kewalahan. Sementara Pemerintah buatan Belanda yang bernama daerah Otonomi Kalimantang Tenggaradan Banjar tak dapat berkutik juga menghadapi massa yang dikendalikan oleh ALRI Div. IV. Padahal kalau melihat Perjanjian linggar Jati ALRI Div. IV harus tunduk kepada penjajah Belanda karena Kalimantan merupakan De Facto Belanda, hal ini berlarut hingga 2 tahun lamanya.

25 November 1949
ALRI Div. IV dirubah namanya menjadi Divisi Lembu Mangkurat yang mulai berada dibawah yuridisi Dewan Banjar dengan banyaknya campur tangan Pemerintah Pusat RI yangdidominasi oleh orang-orang Jawa hingga banyak sekali penjahat-penjahat dari Jawa mengambil alih peranan orang-orang Kalimantan sendiri. Kenyataan seperti ini membawa dampak cukup tajam ditengah-tengah ketidak setujuan pengintegrasian ALRI Div. IV pada TNI, juga meningkat antipati kesukuan karena keserakahan pejabat-pejabat Jawa dan orangorang Kalimantan sendiri sangat dilecehkan padahal mereka adalah bekas gerilyawan sejati. Melihat kenyataan ini Pemerintah Pusat RI semakin khawatir, maka ALRI Div. IV semakin dirobek-robekkesatuan orang-orangnya dilumatkan sama sekali dari arena yang ada dengan alasan arena yang ada dengan alasan penyebaran atau menempati bagian lain di Indonesia dengan ditariknya 40 s.d 50 orang para perwira bekas ALRI Div. IV untuk menempati krusus-kursus khusus Akademi Nasional di Yogyakarta. Padahal di Yogya sendiri sebetulnya telah ditutup setahun silam pendidikan ini. Maka sebagian besar masuk ke Surabaya dan ikut pendidikan disana namun ternyata cuma satu orang yang menyelesaikan pendidikannya, selebihnya kembali ke Kalimantan sebagian lagi bergabung dengan Divisi Lembung Mangkurat dan sebagian lagi bergabung kembali dengan para gerilyawan dihutan untuk melawan tentara Republik sendiri.

Dihutan itulah para gerilyawan membentuk KRIyT (Kesatuan Rakyat Indonesia Yang tertindas) yang memang penduduk desa-desa disana mendapat perlakuan yang menindas dari Pemerintah Republik dan yang terutama tujuannya adalah untuk membela keutuhan Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 Pemerintah Kolonial. KRIyT dirintis dan dipimpin oleh Bapak Ibnu Hajar (bekas Letnan Dua ALRI Div IV), dimana ALRI Div. IV sejak semula terkenal dengan kepribadiannya yang baik dengan
kekonsekwenannya terhadap ajaran Islam yang begitu tinggi hingga pengaruhnya melahirkan kekuatan massa yang besar di Kalimantan. Maka dengan berdirinya KRIyT warna Islam semakin nampak sebagai yang melandasi perjuangannya. Sering terjadi berbagi pertempuran melawan pasukan-pasukan TNI pimpinan Hasan Basri sebagai kepercayaan Pemerintah RI untuk mengadakan penumpasan KRIyT, padahal Hasan Basri dulunya pimpinan ALRI Div. IV. Namun berbagai harapan dan impian jabatan dan kekayaan yang membawa dia menjual akherat untuk dunia. Upaya-upaya Hasan Basri tidak begitu banyak membawa hasil, maka diganti oleh Sitompul seorang Batak untuk memimpim penyerangan terhadap pemberontak KRIyT. Sementara Hasan Basri sendiri ditarik ke Jakarta kemudian oleh Pemerintah RI diberikan bea siswa untuk sekolah ke Mesir memperdalam ilmu agama Islam dan kemiliteran selama 4 tahun (1951 – 1955).

Pebruari 54
Konsolidasi erat terjalin antara Pemerintah NII dengan Pimpinan KRIyT dengan hadirnya seorang utusan utama dari Pemerintah NII yang bernama Sanusi Partawijaya, dalam perbincangannya membicarakan upaya-upaya tentang penggabungan Kalimantan kedalam wilayah De Facto Negara Islam dan membentuk komando Teritorial VI TII.

Akhir 54
Proklamasi NII Kalimantan dan pelantikan Ibnu Hajar sebagai Panglima Komando Teritorial VI TII. Mulai saat inilah nama KRIyT menjadi APTI (Angkatan Perang Tentara Islam) yang markas besarnya di Hulu Sungai, maka muncullah para pejuang Kalimantan ini dengan identitas kemusliman dan kemujahidannya, terlebih dengan telah ditetapkannya beberapa kebijaksanaannya yang menghapus ciri-ciri sekuler pada sistem dan operasionalnya baik dibidang sipil ataupun dibidang militer.

Awal September 65
Ibnu Hajar tertangkap kemudian disidangkan pada pengadilan militer dengan vonis dihukum mati.
Tahun 1959 – 1962 Pecah perang Brata Yudha antara APNII dan APRI.

Menurut Syari’at walaupun kekuatan NII lebih kecil dibanding kekuatan musuh, namun hal ini bukan alasan untuk mundur, namun kalau sudan terjadi pengkhianatan, ini lain soal. Melihat gelagat ini Imam SMK memanggil seluruh komandan-komandan APNII dari tingkat Bupati keatas secara bergilir untuk diberikan amanat-amanat sebelum terjadi “Masa Fathrah” kurang lebih isi amanatnya sebagai berikut:
Diperintahkan kepada segenap Mujahid dan Mujahidah untuk kembali ke “semangat Gunung Cupu” yaitu memegang teguh dan merealisasikan Kalimat Laa Ilaaha Ilal-Llah Muhammadar Rasulullah, dengan prinsip operasional “Laa ……” Tidan/Non/berpaling) yang ada pada dasar juangnya harus karena mentaati perintah-perintah mengharap ridho Allah SWT.
Mujahid harus menjadi Mujtahid, jelasnya seluruh APNII terutama para pemimpinnya harus berijtihad sendiri, jangan taqlid lingkungan atau pada pimpinan selkalipun, bila ia menyerah.
Selamatkan Mujahid dan Mujahidah dengan taktik “Khod’ah”/taktik tipu musuh maksudnya pura-pura.



Juga beliau berwasiat kepada seluruh Mujahid dan Mujahidah sebagai berikut: Mujahid dan mujahidah harus sabar bisa jadi esok lusa kita menjadi sampah. namun sampah itu akan jadi kristal pupuk yang akan menyuburkan NII pada masa yang akan datang.

Sebenarnya siliwangi telah kehabisan akal, untuk menembus pertahanan NII begitupun Sukarno yang pernah mengadakan pertemuan beberapa kali dengan Bapak Imam SMK hampir menyerahkan kekuasaannya demi tercapainya kedamaian Nasional yang menjadi titik tujuan RI.

Namun kenyataan diatas berputar 180 derajat dengan munculnya para pengkhianat utama, yaitu 2 orang tokoh NII membelot dan memberikan ide dan kejelasannya mengenai segala kerahasiahan TII. Tersimpullah suatu rancangan penyerangan sesuai dengan anjuran pengkhianat, yaitu untuk memasang formasi “pagar betis” pengepungan secara rapat dengan tamengnya adalah masyarakat yang ditarik dari sekitar kaki gunung. Sebenarnya mereka adalah rakyat NII sendiri. Pagar betis ini memang sangat fatal terhadap pejuang karena bagaimana akan melepaskan tembakan kalau pelurunya harus menembus rakyat dahulu. Maka setiap bentrokan sering dihindari oleh pasukan NII. Diadakan penyerangan kalaulah rakyat yang disertakan dibawah todongan senjata TNI sedang melakukan sholat atau lagi ada keperluan lain yang meninggalkan tempat. Keadaan seperti ini menjadikan para Mujahid semakin terdesak hingga tertangkapnya Imam SMK dalam keadaan sakit pada tanggal 4 Juli 1962.



PATUT DICAMKAN
Pola Tarbiyah Imam SMK wajib dipahami Mujahid untuk menjiwai sakinah dan Istiqomah harokah dalam medan manapun , yaitu menumbuhkan cinta Tho’at dan patuh dengan motto:
Allah Minded 100 %
Islam Minded 100 %
NII Minded 100 %
Jihad Minded 100 %