MARET 1947
Karena RI terus terdesak maka masuklah ke dalam Perjanjian Linggar Jati, yang mana RI menandatangani persetujuan tersebut yang intinya menyatakan bahwa keberadaan wilayah RI hanya tinggal Jawa dan Sumatra. Hal ini membuktikan akan hal pengkhianatan Sukarno terhadap Amanat Rakyat yang telah dipercayakan kepadanya. Dengan Sukarno menyerahkan begitu saja kepada Belanda akan rakyatnya untuk dijajah.
Maka Bapak SM Kartosuwiryo menstempel Sukarno sebagai pengecut, tak mengacuhkan penderitaaan rakyat dan meremehkan para lasykar/para gerilyawan yang terus berjuang dan siap mati untuk membela kemerdekaan menghadapi penjajah Belanda diberbagai daerah. Sebagai sikap yang diambil oleh Bapak SM Kartosuwiryo, beliau mengeluarkan manifesto politik dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi kemudian dengan dibentuknya : MUI (Majelis Umat Islam) di Tasik (Sindangkasih perbatasan antara Tasik dan Ciamis) DPUI (Dewan Pertahanan Umat Islam) di Garut.
3 JULI 1947
Dibentuk Kabinet Amir Sjarifuddin yang mengakibatkan semakin melemah pihak RI sendiri
21 JULI – 14 AGUSTUS 1945
Belanda melakukan Aksi Polisional yang mengakibatkan semakin terdesaknya wilayah RI.
17 JANUARI 1948
RI masuk pada Perjanjian Renville, dengan keputusan bahwa wilayah RI cuma tinggal Yogyakarta dan 8 Karesidenan yang rata-rata minus dan kurang penduduk serta tanpa pelabuhan. Pengurangan wilayah RI dan penarikan TNI ke Yogya sebagai usaha-usaha Belanda dalam rangka persiapan pembentukan RIS dan UNI – BELANDA.
Setelah Perjanjian Renville ini Belanda membentuk Negara-negara Boneka antara lain : Negara Pasundan, Negara Jatim, NTT dll., yang tergabung dalam BFO (Bijeenkomst voor Federal Overlag).
7 – 10 FEBRUARI 1948
Berhubung peristiwa pahit akibat Perjanjian Renville, dengan rasa sedih prihatin tapi penuh tanggung jawab atas nasib rakyat dan Umat Islam serta nasib kemerdekaan Indonesia, maka atas inisiatif MASYUMI Priangan dilangsungkan Musyawarah Umat Islam di Kampung Pangrumusan, Cikoneng Desa Gunung Cupu dengan jumlah hadirin yang tidak kurang dari 1000 orang. Kehadiran anggota Konferensi dalam jumlah besar ini diselenggarakan atas Kodrat Alloh Ta’ala dan upaya KH Masduki dkk yang telah membina dan menata masyarakat serta lingkungannya secara utuh hingga dua desa di Gunung Cupu dapat dikuasai. Maka lokasi tesebut dijadikan tempat strategis bagi Konferensi yang digelar dalam sebuah aula besar. Konferensi dipimpin oleh Pak Kamran dan dihadiri oleh perwakilan parpol dan ormas seperti : PSII (Parlementer) (Pak Oni) , Ormas (Hasan Toha), NU, Persis, Muhammadiyah, dll.
Juga dari luar Jawa ada yang ikut hadir serta datang juga keturunan Arab bernama Abdullah Barabas, Khabarnya hadirin diatas adalah rata-rata Ulama besar dan pemukapemuka masyarakat, kebanyakan hadir sambil membawa kitab-kitab Islam, ada yang sampai dua pikulan. Hal ini menunjukan betapa penting yang digelar karena akan menentukan sejarah Islam dan nasib Umat Islam pada masa yang akan datang.
Hasil keputusan Kongres antara lain adalah :
- Mendirikan Majelis Islam (MI)
- Bentuk partai diubah menjadi Negara
- Membentuk MASYUMI Jabar
- Pembentukan Tentara Islam Indonesia (TII), terdiri dari:
BKN (Badan Keamanan Negara)
PII (Polisi Islam Indonesia)
PADI (Pahlawan Darul Islam / Lasykar Cadangan BKN) Panglima Perangnya diangkat Bapak R. Oni Qital
- Membentuk organisasi Militer Tentara Islam Indonesia dari regu sampai resimen. Resimen yang terbentuk bernama Resimen Sunan Rahmat dengan 4 Bataliyon yaitu:
Batalion yang dipimin oleh Agus Abdullah, meliputi Indramayu, Sukunsari
Batalion yang dipimpin H Abidin, meliputi Wanaraja – Garut
Batalion yang dipimpin Nur Lubis
Batalion yang dipimpin oleh Adah Jaelani
- De Facto yang sementara :
Desa Cikoneng dipegang oleh KH Masduki
Desa Cihaur dipegang oleh Kyai Jajuli
Desa Panumbangan
- Perlunya terangkat seorang Imam.
Untuk hal ini tak ada yang siap dan apalagi menyiapkan diri sebagai Imam, maka ditempuhlah pengangkatan Imam ini dengan : 1). Istikharah ; 2). Musyawarah. Cara pertama ditempuh, semua yang hadir dalam Konferensi ini melakukan istikharah dalam dua tahap. Pada tahap pertama sebagian dari seluruh jumlah yang melakukan shalat melihat Bapak SM Kartosuwiryo dalam mimpi berpakaian adat Jawa. Hal ini anggota memandang perlu adanya suatu selacta ……… (seleksi) Apakah calon Imam ini direstui Allah atau tidak, karena nantinya akan memegang amanat sebagai Khalifah (Wakil Allah). Maka dilakukan tahap kedua melakukan kembali Istikrarah 3 sampai 7hari. Hasilnya sebagian besar adalah melihat dalam mimpinya tulisan arab dengan kalimat Indonesia “Minal Mukhlasiin” artinya adalah “Dari orang-orang yang ikhlas”.
Ini suatu peristiwa akbar, nampak kebesaran Allah di muka bumi ini, keputusan dan pelantikan Imam di laksanakan kemudian pada Bulan Maret.
Beberapa saat kemudian, dikirimlah beberapa utusan Imam dibawah pimpinan Sdr. Nanggadisura ke Ibukota Yogyakarta dengan tujuan menyampaikan surat-surat Imam kepada Presiden Sukarno / Pemerintah RI dan Pemimpin-pemimpin Islam disana untuk mempermaklumkan keputusan-keputusan tersebut. Berita Jawa seberah Barat mendapat sambutan baik dan direstui Pemerintah dan rakyat RI disana. Sejalan dengan itu dikirimkan pula beberapa orang utusan ke Sidang BKMI (juga di Yogya) yang berlangsung antara tanggal 26 akhir November 1948. Kemudian oleh sidang tersebut keputusan-keputusan Umat Islam Jawa sebelah Barat itupun diterima dan diakui secara aklamasi. Dengan ini jelas dan tegas, bahwa keputusan-keputusan Umat Islam tertanggal 10 Pebruari 1948 itu merupakan keputusan seluruh Umat Islam Bangsa Indonesia. Disini salah seorang tokoh utama Masyumi yang bernama M. Natsir pernah diajak gerilya oleh seorang tokoh Negara Islam Indonesia (NII), namun menolak dengan alasan bahwa dia tidak sanggup berjuang dengan cara gerilya dan kemudian memutuskan untuk Hijrah ke Yogya. Namun dia menjanjikan tetap komitmen kepada Negara Islam Indonesia, walaupun berada di daerah RI. Maka oleh Negara Islam Indonesia (NII) dia ditugaskan untuk berperan sebagai Abbas-nya Rasulullah SAW (informan).
Setelah di Yogya pun M.Natsir memenuhi tugasnya, dimana lahirnya keputusan diatas diterimanya pula sebagai keputusan seluruh Umat Islam Bangsa Indonesia. Dari keahliannya berpolitiknya maka dipanggung Indonesia politik Negara Islam Indonesia (NII) menjadi kuat.
17 FEBRUARI 1948
Agresi Belanda pertama mengadakan pembersihan daerah kekuasaannya di Jawa sejak dari Timur menuju ke Barat ; namun sesampainya pasukan Belanda di Jawa Barat tepatnya di Gunung Cupu bentrok dengan pasukan Tentara Islam Indonesia (TII). Kasusnya berawal dari pengkhianatan Abdullah Barabas, padahal dia adalah teman dekat Pak Oni, dimana Abdullah Barabas merasa tidak setuju dengan lahirnya Majelis Islam (MI). Waktu Shubuh ia meninggalkan Majelis pada waktu Konferensi. Namun dalam perjalanan ia tertangkap Belanda. Maka terbongkarlah keputusan yang telah lahir. Tidak lama kemudian pada tanggal16 Pebruari 1948 pukul 16.00, Belanda menyerang Markas Tentara Islam Indonesia (TII)
selama dua jam dengan meluncurkan kurang lebih 2000 roket berbobot antara 25 – 30 Kg, dengan kejadian ini Tentara Islam Indonesia mengumumkan perang. TII berjumlah 313 jundulloh dengan bekal 7 pucuk senjata melawan ribuan jundusy syaithon dengan peralatan perang lengkap.
Yang menentukan kemenangan antara dua pasukan Haq dan Bathil adalah nilai Aqidah dan Jihad, bukan oleh jumlah dan materi, maka kemenangan ada di pihak TII. Setelah memakan waktu 3 Bulan 3 hari dikhabarkan pada pertempuran ini pihak TII tidak seorangpun yang menjadi korban atau gugur di medan perang. Barangkali kejadian itu belum adanya pembai’atan yang kongkret sebagai ikatan yang jelas, sehingga lahirnya syuhada (mati syahid) yang harus di saksikan dan dipertanggung jawabkan sebagai seorang Mujahid. Adapun dengan kemenangan ini TII dapat merampas 10 pucuk senjata, dengan demikian perlengkapan TII bertambah menjadi 17 pucuk senjata.
1 – 2 MARET 1948
Konferensi di Cipeundeuy Kec. Bantarujeg Kab. Cirebon yang dihadiri Bapak SM Kartosuwiryo, Pak Kamran, Pak R Oni Qital, KH Ghojali Tusi, Sanusi Partawijaya, Toha Arsyad dan lain-lain. Kesimpulan isi Konferensi adalah :
Program politik Umat Islam
Rencana ketentraman Umat Islam Indonesia mengenai keorganisasian dan usaha
Kesatuan Pimpinan (lampiran I)
Maka pada Konferensi ini terangkatlah Resmi Imam Negara Islam Indonesia (NII) yaitu : Bapak SM Kartosuwiryo
APRIL 1948
Imam Bapak SM Kartosuwiryo melawat ke front dan mengadakan pertemuan hingga terselenggara dialog para ulama dengan Imam Bapak SM Kartosuwiryo sebagai bahan-bahan untuk penyusunan Konstitusi Negara Islam Indonesia (NII) yang bernama Kanun Azasi.
1 – 5 MEI 1948
Konferensi di Cijoho Kec. Bantar Ujeg – Majalengka merupakan Sidang Kabinet (Dewan Imamah). Dalam Konferensi ini dibicarakan hal pembenahan termasuk pemberlakuan Bai’at bagi TII yang sekarang dan akan datang (lampiran 2).
1 JUNI 1948
Belanda menggugat Perjanjian Renville kepada RI, maka Jendral Sudirman mengirim kurir kepada Bapak SM Kartosuwiryo untuk diajak ta’at kepada Pemerintah RI, menyerah kepada pihak Belanda sebagai mana perjanjian. Bapak SM Kartosuwiryo balik bertausiah kepada Jendral Sudirman dan berhasil, dimana Jendral Sudirman menyatakan rasa simpatik akan perjuangan gerilya Bapak SM Kartosuwiryo dan mendukung dengan dikirimnya persenjataan ke Jawa Barat.
JUNI 1948
Kembali terjadi pertempuran ke-II . TII berjumlah 4000 jundulloh melawan 14000 jundusy syaithon. Berlangsung selama enam bulan di seluruh Jawa Barat dengan pusatnya : Garut ; Ciamis ; Tasikmalaya. Kembali kemenangan diraih oleh pihak TII dengan seijin Allah dengan gilanggemilang. Dikhabarkan pada pertempuran ini banyak syahid (QS. Ali Imron:13).
“Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur) segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.” (Qs. Ali Imron 13)
TANGGAL 27 AGUSTUS 1948
Undang-undang Dasar atau Kanun Azasi NII di resmikan (lampiran 3) Bapak SM Kartosuwiryo mempunyai gagasan untuk berusaha tidak untuk mendirikan Negara Islam Indonesia tetapi juga mengusahakan “Perserikatan Negara-negara Islam seluruh Dunia”, melalui fase perjuangan. (lampiran 4).
TANGGAL 18 SEPTEMBER 1948
Pemberontakan PKI di Madiun. Hal ini pun sebagai dampak dari Perjanjian Renville dimana Muso sewaktu datang dari ChekoSlovakia mendapatkan negara tidak karuan karena perjanjian yang dilaksanakan dipandang sebagai penjualan Negara dari Sukarno dkk. kepada imperialis demi kepentingan pribadi. Hingga terjadilah pemberontakan. Selain oleh orangorang Muso sendiri juga di dukung oleh kaum sosialis Pimpinan Amir Syarifuddin, yaitu Front Demokrasi Rakyat (FDR). Pemberontakan ini berakhir pada bulan Desember. Pada Bulan Oktober 1948 masa penataan struktur NII dan pada tanggal 6 Oktober terbentuk Dewan Imamah.
AWAL DESEMBER 1948
Pasukan Belanda mengalami kekalahan total beberapa kali melawan kekuatan yang sebenarnya jauh lebih kecil baik personil maupun persenjataan, maka hal ini merupakan sesuatu hal yang memalukan sehingga Jendral yang terutus dari Belanda yang bernama Jendral Scoor melakukan bunuh diri, hal ini sangat membangkitkan kemarahan Belanda.
18 DESEMBER 1948
Agresi Belanda ke II
Belanda langsung menyerang Yogya dan memporak-porandakan dengan alasan RI telah melanggar perjanjian Renville, yaitu dengan adanya pengiriman senjata ke Jawa Barat dari Jendral Sudirman. Ditengah-tengah RI sedang memulihkan kondisi dan sedang menyusun strategi, mendapat serangan mendadak dari Belanda yang membuat kecut TNI dan mereka kocar-kacir, sebetulnya TNI tidaklah sepengecut itu karena setidaknya anggota TNI mayoritas orang-orang masih terjiwai oleh ruh-ruh Islam yang patriotisme tidak disangsikan, tetapi hal ini diakibatkan oleh kepengecutan Sukarno, dimana TNI dengan pepemimpinan Jendral Sudirman dengan pihak Pemerintah Sukarno telah mengadakan semacam perjanjian dengan pihak militer untuk siap meneteskan darah yang penghabisan dalam membela Pemerintah.
Ditengah-tengah bergeloranya perang tak tahunya tiba-tiba berkibarnya Bendera putih dari gedung tempat Pemerintaah yang berarti RI menyerah. Sukarno bertekuk lutut kepada pihak Belanda tanpa kompromi dengan Jendral Sudirman. Betapa kecewanya Jendral Sudirman; beliaupun akhirnya melarikan diri ke hutandisertai oleh pengikutnya yang setia kepada beliau untuk tidak sepengecut itu menyerah kepada imperealisme. Tidak seperti Sukarno, Hatta, Ketua KNIP menteri Luar Negeri dan lainnya diborgol dan ditawan.
Ada juga pasukan yang lari tanpa mengikuti Jendral Sudirman tetapi kembali ke Jawa Barat, yaitu sebahagian besar pasukan Siliwangi yang sampai di
perbatasan Ciamis dihadang oleh Tentara Islam Indonesia (TII) dengan 3 alternatif:
Bergabung dengan Tentara Islam Indonesia (TII) yang pengakuan resminya sebagai Mujahid setelah mengikuti 3 kali peperangan.
Kembali menjadi rakyat berarti dilucuti senjatanya.
Bila tidak memilih poin satu dan dua maka statusnya adalah tentara liar yang mengacaukan keamanan
21 Desember 1948
Bapak Imam Kartosuwiryo mengeluarkan pernyataan sehubungan situasi dan kondisi yang ada dalam Maklumat No. 6 angka 6-10 (PDB).
22 Desember 1948
Lahir PDRI (pemerintah darurat RI) di sumatra oleh Safrudin Prawira negara. PDRI didirikan atas inisiatif dari safrudin semata jadi bukanlah mandat dari sukarno baik secara lisan maupun tulisan . namun hal ini dijadikan sebagai fakta sejarah masih hidupnya RI olehpara pendusta.
23 Desember 1948
Lahir maklumat no 7 angka 11 halaman 11 PDB sebagai berikut:
“Bahwa sejak hari tanggal diumumkan maklumat ini hanya dikenal 2 golongan yang berperang ialah Negara Islam Indonesia (NII) dengan Belanda atau/dan Negara-negara yang menjadi “boneka Belanda”) ……”
25 Januari 1948
Perang Segitiga Antralina (Ciawi) antara NII dengan TII nya, Belanda dengan Negara Pasundannya dan RI dengan TNI nya.
Negara Pasundan adalah buatan Belanda dengan aparatur bangsa Indonesia sendiri. Tentaranya selain orang pribumi juga dibantu tentara kolonial. Adapun TNI disini maksudnya Siliwangi yang datang kembali ke Jawa Barat setelah melakukan Long March, sebenarnya telah mendapat suaka dan diajak bersama menghadapi Belanda oleh TII, maka pihak TNI Siliwangi sebenarnya adalah pemberontak sebagai mana dinyatakan dalam maklumat militer No. 1 sbb: Tentang: tentara liar gerombolan serta golongan yang ada dijawa barat.
Jadi pada waktu itu bisa dikatakan bahwa suatu daerah terdapat 3 pemerintahan dengan masing-masing aliansi: NII, Pasundan dan Republik. Pada pertempuran inipun kemenangan tetap ada dipihak TII/NII 7-5-49.
Statemen (Perintah-perintah) Roem-Royen antara lain:
1. Yogya diserahkan kepada RI
2. Presiden, wapres dan lain-lain harus dikembalikan ke Yogyakarta
3. Bersedia mengikuti KMB dalam pembentukan Negar Indonesia Serikat (NIS) atau RIS.
19 – 22 Juli 1949
Konfrensi RI – BFO di Yogya membicarakan persiapan menghadapi Konfrensi Meja Bundar KMB. tanggal 3 Agustus 1949
Terlaksananya konfrensi ulang di Jakarta yang isinya adalah:
Perintah penghentian perang gerilya oleh Presiden Sukarno
Delegasi RI yang dipimpin Hatta berangkat ke Nederland
6 Agustus 1949
M. Hatta tiba di Nederland untuk menghadiri KMB
23 Agustus 1949
KMB di Den Haag dimulai
Karena RI terus terdesak maka masuklah ke dalam Perjanjian Linggar Jati, yang mana RI menandatangani persetujuan tersebut yang intinya menyatakan bahwa keberadaan wilayah RI hanya tinggal Jawa dan Sumatra. Hal ini membuktikan akan hal pengkhianatan Sukarno terhadap Amanat Rakyat yang telah dipercayakan kepadanya. Dengan Sukarno menyerahkan begitu saja kepada Belanda akan rakyatnya untuk dijajah.
Maka Bapak SM Kartosuwiryo menstempel Sukarno sebagai pengecut, tak mengacuhkan penderitaaan rakyat dan meremehkan para lasykar/para gerilyawan yang terus berjuang dan siap mati untuk membela kemerdekaan menghadapi penjajah Belanda diberbagai daerah. Sebagai sikap yang diambil oleh Bapak SM Kartosuwiryo, beliau mengeluarkan manifesto politik dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi kemudian dengan dibentuknya : MUI (Majelis Umat Islam) di Tasik (Sindangkasih perbatasan antara Tasik dan Ciamis) DPUI (Dewan Pertahanan Umat Islam) di Garut.
3 JULI 1947
Dibentuk Kabinet Amir Sjarifuddin yang mengakibatkan semakin melemah pihak RI sendiri
21 JULI – 14 AGUSTUS 1945
Belanda melakukan Aksi Polisional yang mengakibatkan semakin terdesaknya wilayah RI.
17 JANUARI 1948
RI masuk pada Perjanjian Renville, dengan keputusan bahwa wilayah RI cuma tinggal Yogyakarta dan 8 Karesidenan yang rata-rata minus dan kurang penduduk serta tanpa pelabuhan. Pengurangan wilayah RI dan penarikan TNI ke Yogya sebagai usaha-usaha Belanda dalam rangka persiapan pembentukan RIS dan UNI – BELANDA.
Setelah Perjanjian Renville ini Belanda membentuk Negara-negara Boneka antara lain : Negara Pasundan, Negara Jatim, NTT dll., yang tergabung dalam BFO (Bijeenkomst voor Federal Overlag).
7 – 10 FEBRUARI 1948
Berhubung peristiwa pahit akibat Perjanjian Renville, dengan rasa sedih prihatin tapi penuh tanggung jawab atas nasib rakyat dan Umat Islam serta nasib kemerdekaan Indonesia, maka atas inisiatif MASYUMI Priangan dilangsungkan Musyawarah Umat Islam di Kampung Pangrumusan, Cikoneng Desa Gunung Cupu dengan jumlah hadirin yang tidak kurang dari 1000 orang. Kehadiran anggota Konferensi dalam jumlah besar ini diselenggarakan atas Kodrat Alloh Ta’ala dan upaya KH Masduki dkk yang telah membina dan menata masyarakat serta lingkungannya secara utuh hingga dua desa di Gunung Cupu dapat dikuasai. Maka lokasi tesebut dijadikan tempat strategis bagi Konferensi yang digelar dalam sebuah aula besar. Konferensi dipimpin oleh Pak Kamran dan dihadiri oleh perwakilan parpol dan ormas seperti : PSII (Parlementer) (Pak Oni) , Ormas (Hasan Toha), NU, Persis, Muhammadiyah, dll.
Juga dari luar Jawa ada yang ikut hadir serta datang juga keturunan Arab bernama Abdullah Barabas, Khabarnya hadirin diatas adalah rata-rata Ulama besar dan pemukapemuka masyarakat, kebanyakan hadir sambil membawa kitab-kitab Islam, ada yang sampai dua pikulan. Hal ini menunjukan betapa penting yang digelar karena akan menentukan sejarah Islam dan nasib Umat Islam pada masa yang akan datang.
Hasil keputusan Kongres antara lain adalah :
- Mendirikan Majelis Islam (MI)
- Bentuk partai diubah menjadi Negara
- Membentuk MASYUMI Jabar
- Pembentukan Tentara Islam Indonesia (TII), terdiri dari:
BKN (Badan Keamanan Negara)
PII (Polisi Islam Indonesia)
PADI (Pahlawan Darul Islam / Lasykar Cadangan BKN) Panglima Perangnya diangkat Bapak R. Oni Qital
- Membentuk organisasi Militer Tentara Islam Indonesia dari regu sampai resimen. Resimen yang terbentuk bernama Resimen Sunan Rahmat dengan 4 Bataliyon yaitu:
Batalion yang dipimin oleh Agus Abdullah, meliputi Indramayu, Sukunsari
Batalion yang dipimpin H Abidin, meliputi Wanaraja – Garut
Batalion yang dipimpin Nur Lubis
Batalion yang dipimpin oleh Adah Jaelani
- De Facto yang sementara :
Desa Cikoneng dipegang oleh KH Masduki
Desa Cihaur dipegang oleh Kyai Jajuli
Desa Panumbangan
- Perlunya terangkat seorang Imam.
Untuk hal ini tak ada yang siap dan apalagi menyiapkan diri sebagai Imam, maka ditempuhlah pengangkatan Imam ini dengan : 1). Istikharah ; 2). Musyawarah. Cara pertama ditempuh, semua yang hadir dalam Konferensi ini melakukan istikharah dalam dua tahap. Pada tahap pertama sebagian dari seluruh jumlah yang melakukan shalat melihat Bapak SM Kartosuwiryo dalam mimpi berpakaian adat Jawa. Hal ini anggota memandang perlu adanya suatu selacta ……… (seleksi) Apakah calon Imam ini direstui Allah atau tidak, karena nantinya akan memegang amanat sebagai Khalifah (Wakil Allah). Maka dilakukan tahap kedua melakukan kembali Istikrarah 3 sampai 7hari. Hasilnya sebagian besar adalah melihat dalam mimpinya tulisan arab dengan kalimat Indonesia “Minal Mukhlasiin” artinya adalah “Dari orang-orang yang ikhlas”.
Ini suatu peristiwa akbar, nampak kebesaran Allah di muka bumi ini, keputusan dan pelantikan Imam di laksanakan kemudian pada Bulan Maret.
Beberapa saat kemudian, dikirimlah beberapa utusan Imam dibawah pimpinan Sdr. Nanggadisura ke Ibukota Yogyakarta dengan tujuan menyampaikan surat-surat Imam kepada Presiden Sukarno / Pemerintah RI dan Pemimpin-pemimpin Islam disana untuk mempermaklumkan keputusan-keputusan tersebut. Berita Jawa seberah Barat mendapat sambutan baik dan direstui Pemerintah dan rakyat RI disana. Sejalan dengan itu dikirimkan pula beberapa orang utusan ke Sidang BKMI (juga di Yogya) yang berlangsung antara tanggal 26 akhir November 1948. Kemudian oleh sidang tersebut keputusan-keputusan Umat Islam Jawa sebelah Barat itupun diterima dan diakui secara aklamasi. Dengan ini jelas dan tegas, bahwa keputusan-keputusan Umat Islam tertanggal 10 Pebruari 1948 itu merupakan keputusan seluruh Umat Islam Bangsa Indonesia. Disini salah seorang tokoh utama Masyumi yang bernama M. Natsir pernah diajak gerilya oleh seorang tokoh Negara Islam Indonesia (NII), namun menolak dengan alasan bahwa dia tidak sanggup berjuang dengan cara gerilya dan kemudian memutuskan untuk Hijrah ke Yogya. Namun dia menjanjikan tetap komitmen kepada Negara Islam Indonesia, walaupun berada di daerah RI. Maka oleh Negara Islam Indonesia (NII) dia ditugaskan untuk berperan sebagai Abbas-nya Rasulullah SAW (informan).
Setelah di Yogya pun M.Natsir memenuhi tugasnya, dimana lahirnya keputusan diatas diterimanya pula sebagai keputusan seluruh Umat Islam Bangsa Indonesia. Dari keahliannya berpolitiknya maka dipanggung Indonesia politik Negara Islam Indonesia (NII) menjadi kuat.
17 FEBRUARI 1948
Agresi Belanda pertama mengadakan pembersihan daerah kekuasaannya di Jawa sejak dari Timur menuju ke Barat ; namun sesampainya pasukan Belanda di Jawa Barat tepatnya di Gunung Cupu bentrok dengan pasukan Tentara Islam Indonesia (TII). Kasusnya berawal dari pengkhianatan Abdullah Barabas, padahal dia adalah teman dekat Pak Oni, dimana Abdullah Barabas merasa tidak setuju dengan lahirnya Majelis Islam (MI). Waktu Shubuh ia meninggalkan Majelis pada waktu Konferensi. Namun dalam perjalanan ia tertangkap Belanda. Maka terbongkarlah keputusan yang telah lahir. Tidak lama kemudian pada tanggal16 Pebruari 1948 pukul 16.00, Belanda menyerang Markas Tentara Islam Indonesia (TII)
selama dua jam dengan meluncurkan kurang lebih 2000 roket berbobot antara 25 – 30 Kg, dengan kejadian ini Tentara Islam Indonesia mengumumkan perang. TII berjumlah 313 jundulloh dengan bekal 7 pucuk senjata melawan ribuan jundusy syaithon dengan peralatan perang lengkap.
Yang menentukan kemenangan antara dua pasukan Haq dan Bathil adalah nilai Aqidah dan Jihad, bukan oleh jumlah dan materi, maka kemenangan ada di pihak TII. Setelah memakan waktu 3 Bulan 3 hari dikhabarkan pada pertempuran ini pihak TII tidak seorangpun yang menjadi korban atau gugur di medan perang. Barangkali kejadian itu belum adanya pembai’atan yang kongkret sebagai ikatan yang jelas, sehingga lahirnya syuhada (mati syahid) yang harus di saksikan dan dipertanggung jawabkan sebagai seorang Mujahid. Adapun dengan kemenangan ini TII dapat merampas 10 pucuk senjata, dengan demikian perlengkapan TII bertambah menjadi 17 pucuk senjata.
1 – 2 MARET 1948
Konferensi di Cipeundeuy Kec. Bantarujeg Kab. Cirebon yang dihadiri Bapak SM Kartosuwiryo, Pak Kamran, Pak R Oni Qital, KH Ghojali Tusi, Sanusi Partawijaya, Toha Arsyad dan lain-lain. Kesimpulan isi Konferensi adalah :
Program politik Umat Islam
Rencana ketentraman Umat Islam Indonesia mengenai keorganisasian dan usaha
Kesatuan Pimpinan (lampiran I)
Maka pada Konferensi ini terangkatlah Resmi Imam Negara Islam Indonesia (NII) yaitu : Bapak SM Kartosuwiryo
APRIL 1948
Imam Bapak SM Kartosuwiryo melawat ke front dan mengadakan pertemuan hingga terselenggara dialog para ulama dengan Imam Bapak SM Kartosuwiryo sebagai bahan-bahan untuk penyusunan Konstitusi Negara Islam Indonesia (NII) yang bernama Kanun Azasi.
1 – 5 MEI 1948
Konferensi di Cijoho Kec. Bantar Ujeg – Majalengka merupakan Sidang Kabinet (Dewan Imamah). Dalam Konferensi ini dibicarakan hal pembenahan termasuk pemberlakuan Bai’at bagi TII yang sekarang dan akan datang (lampiran 2).
1 JUNI 1948
Belanda menggugat Perjanjian Renville kepada RI, maka Jendral Sudirman mengirim kurir kepada Bapak SM Kartosuwiryo untuk diajak ta’at kepada Pemerintah RI, menyerah kepada pihak Belanda sebagai mana perjanjian. Bapak SM Kartosuwiryo balik bertausiah kepada Jendral Sudirman dan berhasil, dimana Jendral Sudirman menyatakan rasa simpatik akan perjuangan gerilya Bapak SM Kartosuwiryo dan mendukung dengan dikirimnya persenjataan ke Jawa Barat.
JUNI 1948
Kembali terjadi pertempuran ke-II . TII berjumlah 4000 jundulloh melawan 14000 jundusy syaithon. Berlangsung selama enam bulan di seluruh Jawa Barat dengan pusatnya : Garut ; Ciamis ; Tasikmalaya. Kembali kemenangan diraih oleh pihak TII dengan seijin Allah dengan gilanggemilang. Dikhabarkan pada pertempuran ini banyak syahid (QS. Ali Imron:13).
“Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur) segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.” (Qs. Ali Imron 13)
TANGGAL 27 AGUSTUS 1948
Undang-undang Dasar atau Kanun Azasi NII di resmikan (lampiran 3) Bapak SM Kartosuwiryo mempunyai gagasan untuk berusaha tidak untuk mendirikan Negara Islam Indonesia tetapi juga mengusahakan “Perserikatan Negara-negara Islam seluruh Dunia”, melalui fase perjuangan. (lampiran 4).
TANGGAL 18 SEPTEMBER 1948
Pemberontakan PKI di Madiun. Hal ini pun sebagai dampak dari Perjanjian Renville dimana Muso sewaktu datang dari ChekoSlovakia mendapatkan negara tidak karuan karena perjanjian yang dilaksanakan dipandang sebagai penjualan Negara dari Sukarno dkk. kepada imperialis demi kepentingan pribadi. Hingga terjadilah pemberontakan. Selain oleh orangorang Muso sendiri juga di dukung oleh kaum sosialis Pimpinan Amir Syarifuddin, yaitu Front Demokrasi Rakyat (FDR). Pemberontakan ini berakhir pada bulan Desember. Pada Bulan Oktober 1948 masa penataan struktur NII dan pada tanggal 6 Oktober terbentuk Dewan Imamah.
AWAL DESEMBER 1948
Pasukan Belanda mengalami kekalahan total beberapa kali melawan kekuatan yang sebenarnya jauh lebih kecil baik personil maupun persenjataan, maka hal ini merupakan sesuatu hal yang memalukan sehingga Jendral yang terutus dari Belanda yang bernama Jendral Scoor melakukan bunuh diri, hal ini sangat membangkitkan kemarahan Belanda.
18 DESEMBER 1948
Agresi Belanda ke II
Belanda langsung menyerang Yogya dan memporak-porandakan dengan alasan RI telah melanggar perjanjian Renville, yaitu dengan adanya pengiriman senjata ke Jawa Barat dari Jendral Sudirman. Ditengah-tengah RI sedang memulihkan kondisi dan sedang menyusun strategi, mendapat serangan mendadak dari Belanda yang membuat kecut TNI dan mereka kocar-kacir, sebetulnya TNI tidaklah sepengecut itu karena setidaknya anggota TNI mayoritas orang-orang masih terjiwai oleh ruh-ruh Islam yang patriotisme tidak disangsikan, tetapi hal ini diakibatkan oleh kepengecutan Sukarno, dimana TNI dengan pepemimpinan Jendral Sudirman dengan pihak Pemerintah Sukarno telah mengadakan semacam perjanjian dengan pihak militer untuk siap meneteskan darah yang penghabisan dalam membela Pemerintah.
Ditengah-tengah bergeloranya perang tak tahunya tiba-tiba berkibarnya Bendera putih dari gedung tempat Pemerintaah yang berarti RI menyerah. Sukarno bertekuk lutut kepada pihak Belanda tanpa kompromi dengan Jendral Sudirman. Betapa kecewanya Jendral Sudirman; beliaupun akhirnya melarikan diri ke hutandisertai oleh pengikutnya yang setia kepada beliau untuk tidak sepengecut itu menyerah kepada imperealisme. Tidak seperti Sukarno, Hatta, Ketua KNIP menteri Luar Negeri dan lainnya diborgol dan ditawan.
Ada juga pasukan yang lari tanpa mengikuti Jendral Sudirman tetapi kembali ke Jawa Barat, yaitu sebahagian besar pasukan Siliwangi yang sampai di
perbatasan Ciamis dihadang oleh Tentara Islam Indonesia (TII) dengan 3 alternatif:
Bergabung dengan Tentara Islam Indonesia (TII) yang pengakuan resminya sebagai Mujahid setelah mengikuti 3 kali peperangan.
Kembali menjadi rakyat berarti dilucuti senjatanya.
Bila tidak memilih poin satu dan dua maka statusnya adalah tentara liar yang mengacaukan keamanan
21 Desember 1948
Bapak Imam Kartosuwiryo mengeluarkan pernyataan sehubungan situasi dan kondisi yang ada dalam Maklumat No. 6 angka 6-10 (PDB).
22 Desember 1948
Lahir PDRI (pemerintah darurat RI) di sumatra oleh Safrudin Prawira negara. PDRI didirikan atas inisiatif dari safrudin semata jadi bukanlah mandat dari sukarno baik secara lisan maupun tulisan . namun hal ini dijadikan sebagai fakta sejarah masih hidupnya RI olehpara pendusta.
23 Desember 1948
Lahir maklumat no 7 angka 11 halaman 11 PDB sebagai berikut:
“Bahwa sejak hari tanggal diumumkan maklumat ini hanya dikenal 2 golongan yang berperang ialah Negara Islam Indonesia (NII) dengan Belanda atau/dan Negara-negara yang menjadi “boneka Belanda”) ……”
25 Januari 1948
Perang Segitiga Antralina (Ciawi) antara NII dengan TII nya, Belanda dengan Negara Pasundannya dan RI dengan TNI nya.
Negara Pasundan adalah buatan Belanda dengan aparatur bangsa Indonesia sendiri. Tentaranya selain orang pribumi juga dibantu tentara kolonial. Adapun TNI disini maksudnya Siliwangi yang datang kembali ke Jawa Barat setelah melakukan Long March, sebenarnya telah mendapat suaka dan diajak bersama menghadapi Belanda oleh TII, maka pihak TNI Siliwangi sebenarnya adalah pemberontak sebagai mana dinyatakan dalam maklumat militer No. 1 sbb: Tentang: tentara liar gerombolan serta golongan yang ada dijawa barat.
Jadi pada waktu itu bisa dikatakan bahwa suatu daerah terdapat 3 pemerintahan dengan masing-masing aliansi: NII, Pasundan dan Republik. Pada pertempuran inipun kemenangan tetap ada dipihak TII/NII 7-5-49.
Statemen (Perintah-perintah) Roem-Royen antara lain:
1. Yogya diserahkan kepada RI
2. Presiden, wapres dan lain-lain harus dikembalikan ke Yogyakarta
3. Bersedia mengikuti KMB dalam pembentukan Negar Indonesia Serikat (NIS) atau RIS.
19 – 22 Juli 1949
Konfrensi RI – BFO di Yogya membicarakan persiapan menghadapi Konfrensi Meja Bundar KMB. tanggal 3 Agustus 1949
Terlaksananya konfrensi ulang di Jakarta yang isinya adalah:
Perintah penghentian perang gerilya oleh Presiden Sukarno
Delegasi RI yang dipimpin Hatta berangkat ke Nederland
6 Agustus 1949
M. Hatta tiba di Nederland untuk menghadiri KMB
23 Agustus 1949
KMB di Den Haag dimulai